Lumpia goreng meski digelari Lumpia Semarang, bukanlah ciptaan orang Semarang
Dalam setahun Imlek, Tionghoa mempunyai 24 perayaan musim yang dimulai dari Tangce atau Winter Solstice yang berurutan setiap 15 hari. Pada setiap perayaan musim tersebut ada yang disertai dengan makanan khas seperti dumpling jiaozi untuk Tangce, kue keranjang untuk sincia, ronde berisi kacang manis untuk cap-go-meh, bacang untuk festival pacuan perahu Doanwu, pia rembulan pada Tiongchiu dan lumpia yang merupakan hidangan khas setelah upacara pembersihan makam leluhur pada hari Ceng Bing. Di belakang semua hidangan khas perayaan musim tersebut masing-masing juga ada cerita dan sejarahnya.
Sebelum Ceng Bing merupakan hari perayaan pembersihan makam leluhur Tionghoa setiap 5 April seperti sekarang, Ceng Bing hanya merupakan salah satu hari perayaan musim yang bermaksud penjemputan musim semi di sekitar 104-106 hari setelah Winter Solstice yang merupakan sehari libur untuk sekeluarga berpiknik sejak lebih dari 2000 tahun yang lalu.
Hingga adanya satu peristiwa yang terjadi di permulaan abad 7 BC, dimana Tiongkok dibagi-bagi negeri adipati di akhir jaman Dinasti Zhou yang disebut masa Chun-jiu / Spring-Autumn (770-476BC). Ada seorang pangeran adipati Jin yang melarikan diri karena perebutan tahta di negerinya yang terletak di pertengahan Shanxi sekarang. Dia jatuh sakit dan dirawat dengan baik oleh seorang penduduk di suatu dusun.
Setelah dia berhasil kembali ke negerinya dan merebut kedudukan adipati sebagai Jin Wen Gong pada tahun 638 BC, baru dia menyadari bahwa penyembuhan penyakitnya sewaktu di pengungsian itu berkat diberi minuman kaldu yang memakai daging paha dari si orang dusun yang merawatnya yang bernama Jie Zi-tui. Namun Jie selalu menolak hadiah dan kedudukan yang ditawarkan Jie Wen Gong. Akhirnya juga bersama ibunya, ia bersembunyi di dalam bukit di pegunungan Mian-shan.
Karena dalam segala upaya Wen Gong mencarinya tetap sia-sia menemukannya, maka dipakailah api membakar semak semak bukit di sekitarnya dengan harapan Jie dan ibunya bisa dipaksa keluar dengan asap. Tetapi api tidak terkendali dan kemudian ditemukan mayat hangus kedua orang itu yang berangkulan di sebelah sebatang pohon yang sudah menjadi arang.
Wen Kong sangat menyesal atas tindakan yang tidak bijaksana sehingga menewaskan orang yang pernah menyelamatkan jiwanya itu dan diperintahkanlah kepada sekalian rakyatnya bahwa hari itu supaya diperingati sebagai hari Nyepi dimana tidak diperkenankan menyulut api, memasak makanan, keluar dari rumah maupun berisik. Maka timbullah tradisi Han-shi yaitu “makan dingin” pada hari itu yang kebetulan jatuh sehari sebelum hari tradisional kia-kia di musim semi yang di kemudian hari juga disebut Ceng Bing.
Istilah Ceng Bing yang berarti “cerah dan gemilang” ini berasal dari sabda kaisar Han Guang-wu di Liu Xiu (5 BC – 57 AD) yang merasa lega setelah menumpas para pemberontak Wang Mang dan membangun kembali kemakmuran negaranya setelah pindah ibukota dan mendirikan Han Timur, yang pada suatu hari dimusim semi yang cerah berkata: “Tian akhirnya Ceng Bing” yang maknanya “kerajaan telah damai dan tenteram kembali”. Hari itu kemudian menjadi hari raya dimana Tionghoa Han mempergunakannya untuk sehari libur bersama keluarga pergi kia-kia atau piknik ke luar kota yang disebut chun-you.
Karena hari Chun-you jatuhnya sehari setelah hari Nyepi yang disebut Han-shi yang dalam tradisi bermakna segala yang dingin maka untuk sangu perjalanan chun-you juga disediakan chun-pan (spring platter) yang merupakan makanan dingin yang terdiri dari daun bawang, bawang putih, kucai, daikon, moster dan lain-lain sayuran segar yang berasa pedas digulung dalam lembaran kulit pancake yang terbuat dari tepung dan ditata rapi di atas piring yang lebar sehingga disebut piringan lima sayur pedas, wu-xin-pan.
Kebiasaan itu sudah sangat popular di jaman Dinasti Han Timur dan sewaktu Dinasti Jin Timur (317-420 AD) yang ibu kotanya di Nanjing sekarang sudah disebut chun-yuan alias spring roll yang menyebar di selatan Yangtze River. Chun-yuan atau Spring roll sinonim dengan lunpia/lumpia.
Lama kelamaan, hari Han-shi dan Ceng Bing yang berbeda hanya sehari bergabung menjadi hari peringatan kepada leluhur dengan mengunjungi dan membersihkan semak-semak kuburan yang biasanya memang terletak di pegunungan, dan dari tradisi makan dingin Han-shi berkembang menjadi makan lumpia pada hari raya Ceng Bing sampai hari ini.
Terjadi revolusi bahan isi chun-yuan di waktu Dinasty Tang ( 618-906 AD) dari yang semula merupakan hidangan dingin vegi menjadi berisi bahan tambahan daging yang dimasak yang kemudian dibawa orang Tanglang ke Hokkian dan disana disebut lunpia atau lafal jawa “lumpia” yaitu pia musim semi atau pia lunak karena semulanya tidak digoreng.
Asal Lumpia Goreng
Muncullah lumpia yang digoreng di daerah Tiociu/Chaozhou sewaktu jaman Tartar Mongol Dinasti Yuan (1271-1368 AD), yang semula merupakan chun-yuan berisi udang digoreng yang kemudian menjadi tersohor di kampung kampung. Dari sana pada tahun 1911 ada kreasi dua bersaudara, Hu Rong Shun dan Hu Jiang Quan yang menambah bahan rebung, wortel dan babi, maka lumpia goreng dari restoran Hu Rong Quan di Chaozhou Guangdong ini menjadi standar lumpia goreng yang sudah menyebar ke seluruh dunia dan menjadi spring roll Jun-kin hidangan dimsum di mana-mana. Sampai sekarang restoran asal lumpia goreng tersebut masih berdiri di Jalan Taiping Lu di Kota Chaozhou dengan cap marka Hu Rong Quan tercantum di setiap lumpia gorengnya.
Dari semula Chuan-yuan vegi yang berisi sayuran segar sudah ada batang bawang daun, itu menjadikan kebiasaan makan lumpia dengan menggigit bawang daun sampai sekarang demi memperingati “piringan sayur pedas”,eyangnya lumpia yang telah diceritakan di atas. kemudian ada ditambah rebung muda dan wortel yang berwarna merah dengan maksud semoga menambah rejeki dan menghindari malapetaka di sepanjang tahun. Itu baru muncul pada jaman Dinasti terakhir Ching (1644-1912 AD) dan chun-yuan tersebut merupakan salah satu makanan nasional Tiongkok yang dihidangkan di antara 128 menu banquet Man-Han dari Kekaisaran Qing.
Spring roll atau Egg roll, keduanya adalah chun-yuan atau lumpia goreng sebagai appetizer dalam sebutan Barat, Lumpia goreng dari Tiociu / Chaozhou Guangdong sudah sampai di Hongkong yang kemudian tersebar ke Amerika di permulaan abad 20, dikreditkan kepada seorang koki Henry Low di New York yang menulis resepnya dalam buku ‘Cook at Home in Chinese” pada tahun 1938, dengan kreasinya mengisi bahan sayur gubis, wortel, rebung, babi panggang, udang, bawang daun, water chesnut, telur dadar dengan bahan rasa garam, MSG, gula dan kepedasan merica, digulung dalam bentuk silinder dengan kulit pancake yang terbuat dari tepung, gula dan telur lalu digoreng sampai permukaannya kuning tua, disebutnya egg roll.
Sejarah atau Cerita Liar
Tiongkok memiliki kebudayaan yang tidak terputus ribuan tahun, dari situ tidak terhitung lagi banyaknya cerita rakyat di sepanjang masa itu, yang semula merupaka legenda maupun fiksi yang dituturkan dari mulut ke mulut yang kemudian hari juga dituliskan sebagai cerita pendek romantis. Sudah sukar dipastikan cerita yang masih kita dengarkan di jaman sekarang apa itu memang benar terjadi karena telah beredar begitu lama, juga yang sudah melekat di dalam kepercayaan rakyat, sehingga seringkali cerita semula “asal muasal” tersebut biasa kita terima sebagai sejarah begitu saja yang diantaranya banyak merupakan “cerita liar”. Istilah sekarang “hoax”
Sebetulnya tidak ada seorangpun yang boleh disebut penemu Lumpia, bila ada cerita yang disebut asal muasalnya tentunya juga sukar ditemukan kebenarannya. Itu dikarenakan lumpia sesungguhnya merupakan kebiasaan makanan masyarakat Tionghoa di musim semi yang sudah tercatat lebih dari seribu tahun. Berkat ketrampilan tangan dan jiwa inovasi ibu ibu rumah tangga di jaman dulu yang diam diam menyediakan makanan sederhana dan praktis buat suami mereka yang sedang bekerja maupun menggarap ladang ataupun dalam suatu perayaan musim, yang lama kelamaan berkembang menjadi makanan kecil yang populer yang berbeda dengan makanan perayaan yang lain. Dari semula hidangan Ceng Bing, lumpia goreng yang berasal dari orang di Tiociu menjadi hidangan yang tersebar luas dan tersedia setiap harinya dimana mana, malah juga tampil diatas meja jamuan Negara di jaman sekarang. Lumpia basah adalah bawaan orang dari Hokkian, sedangkan lumpia goreng yang semula dipasarkan oleh Tjoa Thay Yoe dan Wasih istrinya di Gang Lombok yang digelari Lumpia Semarang, merupakan lumpia goreng yang beasal dari Tiociu (Chaozhou) bukan kreasi tulen orang Semarang. Dari Gang Lombok, lumpia telah tersebar luas di seantero Semarang, misal Lunpia Mataram, Mbak Lien, Lunpia Express, Cik Meme dan lainnya. (Disadur oleh C.N.Hendarto)