Berjumpa dengan Pak Max, begitu sapaan akrab pria bernama lengkap Maximus Max Arif Pramono, orang akan menduga bila ia berusia antara 40-45 tahun. Bentuk tubuhnya sangat atletis, bugar, kekar tapi slim, juga memiliki wajah yang segar dan kencang serta good looking. Nyaris tidak ada kerutan. Secara keseluruhan, Pak Max pantas disebut pria sehat menawan di usia yang menginjak 69 tahun.
Terlihat jauh lebih muda 24 tahun dari usia sesungguhnya, Max memiliki konsep hidup sehat yang antimainstream. Ia berprinsip reinventing your body yaitu temukanlah kembali tubuhmu ketika kamu seperti masih muda, di saat usiamu yang sudah tidak muda. Begitulah.
“Masalah kesehatan itu selalu berkembang terus. Sekarang saya kepengin ini, esok hari kepengin itu, dan pada akhirnya saya punya konsep ingin memiliki tubuh yang slim, fit, lean, and toned. Pada dasarnya menjadi tua itu keniscayaan, tapi menjadi tua renta atau tua belia, itu pilihan. Karena itu, saya bermimpi mempunyai tubuh yang slim. Slim is not skinny, bukan kurus. Slim itu komposisi antara otot dan lemak tubuh proporsional,” ungkap pria kelahiran Kudus, 8 Oktober 1953 saat ditemui oleh Tim Padma News di kantornya PT Hartono Istana Teknologi (Polytron)-Site Sayung, Demak, baru-baru ini.
Max yang saat ini menjabat sebagai General Manager General Services di PT Hartono Istana Teknologi (Polytron) mengatakan, kurva hidup manusia itu dimulai dari usia 0, lalu pertumbuhan, dan titik kulminasinya di usia 30 kemudian setelah usia tersebut mulai declining. Jika seseorang tidak melakukan tindakan apa pun di saat menuju lansia, maka pada usia 60 tahun orang pasti akan menjadi renta.
Dimulai usia 30 tahun otot tubuh akan menyusut setiap tahunnya satu persen. Berarti jika usia saya 70 tahun, maka akan ada 40% masa otot saya menurun, kalau otot tidak dilatih maka tulang akan melemah dan lemak meningkat, ini akan berakibat bisa menimbulkan naiknya tekanan darah dan gula darah . Setiap orang kalau tidak dilatih, kalau masa otot menurun berarti fungsi otot berkurang juga. Akibatnya, gerakannya menjadi lamban. Disuruh begini tidak bisa, disuruh begitu tidak bisa, dan tidak fleksibel lagi. Bahkan bisa terkena gangguan Atrofi dan Sarcopenia. Nah itu yang menjadikan kita renta. Lha kalau sampai kita renta, waduh. Makanya saya harus tetap rutin melakukan olahraga.
Penggemar Ade Ray ini bercerita, dirinya memiliki seorang paman yang sangat fit dan bugar yang saat itu usianya mendekati 70 tahun. Setiap hari sang paman berolahraga treadmil dan sedikit beban. Dari situ Max terketuk dan mulai suka berolahraga di usia 50an tahun.
“Dari hal ini saya menjadi sadar bahwa life over 60th doesn’t have to be a time of physically decline, but it can be a time of a rejuvenation and find a new strength in term of Physically, Intellectually, Emotionally and Spiritually. Dan saat ini paman saya usianya telah mendekati 90 tahun dan keadaan fisiknya hampir tidak ada perbedaan dengan 20 tahun yang lalu”.
“Kalau saya kan banyak mendapatkan referensi dari medsos, buku dan sebagainya, supaya di hari tua ya sehat ya enak dipandang. Look, feel, and function. Jadi orang sehat bukan hanya dari tes darah, kolesterol normal, trigliserida normal atau tekanan darah normal, karena dengan hal tersebut orang belum tentu benar-benar sehat. Orang sehat bisa dilihat dari fisik, aura, gestur, inner beauty-nya dan ini tentunya dipengaruhi juga oleh kesehatan pikiran, kesehatan hati dan kesehatan jiwa.
Saya juga sering baca-baca buku. Tidak saya catat, tapi yang bisa dipraktikkan langsung saya lakukan. Saya ini kalau ditanya, saya jawab sesuai yang bisa saya praktikkan. Karena saya adalah praktisi. Intinya begini, kalau orang ingin sehat ya olahraga. Yang saya lakukan dengan tubuh saya adalah Weight training, Cardio training, Flexibility Training dan Balance Training, karena menurut saya kalau hanya melakukan hanya salah satu dari latihan tersebut tidaklah cukup”, beber Max yang pada waktu mudanya mengenyam studi di Ohio, Amerika Serikat.
Disamping hal tersebut di atas menurutnya, manusia mempunyai empat dimensi pribadi yang harus utuh dan selaras, yaitu berupa tubuh, pikiran, hati, dan jiwa, supaya di dalam diri kita tercipta harmonisasi sehingga tidak menimbulkan berbagai penyakit di dalam diri kita. Jadi jangan heran jika ada orang yang tubuhnya sakit yang bukan disebabkan karena virus, kuman atau bakteri dan tidak bisa terdeteksi penyebab penyakitnya ini pasti disebabkan karena ketidak harmonisan antara keempat dimensi di atas ini yang sering disebut psikosomatis.
Tubuh adalah kendaraan manusia yang mempunyai kecerdasan yang biasa disebut physical quotient. Pikiran adalah intellectual quotient. Lalu, hati adalah emotional quotient dan jiwa adalah spiritual quotient. Max mengatakan, masing-masing dimensi ini mempunyai kebutuhan. Tubuh kebutuhannya untuk hidup, pikiran untuk belajar terus-menerus, hati kebutuhannya untuk mengasihi –ini sebetulnya wadah hati untuk mengasihi sesama manusia, dan jiwa kebutuhannya untuk sebuah kebaikan yang ditinggalkan atau warisan atau to leave a legacy.
“Jadi pada prinsipnya adalah to life, to learn, to love, and to leave a legacy. Perwujudannya, tubuh harus disiplin. Jangan angot-angotan. Supaya disiplin, harus ada komitmen dan pikiran harus mempunyai mimpi atau visi, misi serta nilai-nilai inti. Hati perwujudannya adalah semangat, gairah, kalau kita tidak punya semangat maka akan nglokro. Jiwa perwujudannya adalah nurani yang merupakan gudang dari prinsip-prinsip kebenaran bukan pembenaran. Yaitu hukum moral dalam diri kita. Pikiran itu pembenaran, ada konflik, tarik-menarik dengan jiwa kita, dalam jiwa ada kebenaran. Jika suara hati lemah akan didominasi oleh pikiran. Tapi kalau balance atau seimbang nanti bisa berdialog antara pikiran dan jiwa. Ada konflik. Contohnya misalnya ada uang jatuh Rp 100 ribu. Ambil atau tidak. Itu artinya ada konflik antara pas kebetulan enggak punya uang, tapi lapar mau makan. Pas ada uang Rp 100 ribu jatuh. Ambil tidak, ambil tidak. Pikiran pasti ambil, tapi hati berkata itu bukan uangmu. Terjadilah konflik. Bahasa tubuhnya kelihatan. Tapi kalau orang tersebut nuraninya kuat ya diambil dan dengan tenang bertanya ini uang siapa. Mestinya begitu ya. Tapi kalau orang itu nuraninya enggak kuat, ya diambil disimpan di saku. Terus pergi,” tuturnya.
Max melanjutkan, fisik tidak dipungkiri pasti menurun. Nah, supaya menurunnya lambat itu bagaimana. Manusia itu harus punya mimpi besar atau big dream. Jadi mimpikan, pikirkan, ucapkan, lakukan dengan konsisten serta persisten. Jika seseorang punya visi ke depan mau jadi apa, umur kalau bisa 90 sehat kalau diberi usia panjang. Usia 40 yang meninggal sehat ada. Usia 90 yang meninggal sehat juga ada. Seharusnya memang yang seperti itu. Karena lahir, bertumbuh, dewasa, tua, tanpa sakit, mati, itu konsepnya.
“Lha kalau mimpi kita, kita pikirkan, maka mimpi tanpa sadar akan berubah bentuk menjadi rencana dan kalau rencana sering diucapkan akan berubah bentuk menjadi komitmen dan kalau sudah jadi komitmen, dan dilakukan hasilnya akan mendekati kenyataan, satu langkah lebih maju khan? Langkah ke 1000 dimulai dari langkah pertama. Misal di usia 75 saya akan lebih muda dari sekarang. Mimpikan untuk jadi bisa, kemudian pikirkan, ucapkan dan lakukan dengan persistence dan consistence. Kalau dilihat orang usia 75-80 itu ya tua, tapi di pikiran saya tidak. Usia 85 dipikiran saya seperti usia 45. Saya masih mimpi itu, walaupun nanti jadinya seperti usia 50 ya tetap bersyukur, atau seperti usia 60 di usia 80 tahun ya tetap disyukuri juga, he..he..he” katanya.
Harus Dilatih
Tubuh manusia itu bersifat sangat responsif, adaptatif dan tolerative, disamping efektif dan efisien. Jika tidak dilatih dan harus pantang ini dan itu maka tubuh menjadi lemah. Semakin tubuh dimanjakan, maka semakin lemah.
“Di Usia 64 di bulan Mei 2017 saya mulai ikut lomba lari 10K di Solo, awalnya iseng saja. Tiga bulan sebelumya saya mulai berlatih, saya bilang sama istri dan dijawab ojo aneh-aneh. Tapi saya tetap melakukannya. Mulailah saya mengelilingi Simpanglima pagi-pagi. Satu putaran Simpanglima 750 meter. Belum satu putaran, saya sudah terengah-engah, megap-megap. Nah dari itu saya latihan terus secara konsisten.
“Ternyata tubuhmu saat ini nek mbok kon lari seperti itu belum mampu. Untuk berlatih lari itu kan sesuatu yang baru dan sifat tubuh itu adalah responsif, adaptatif, dan toleratif. Jadi begitu saya diajak lari, tubuhku kaget, karena tubuhku tidak pernah melakukan hal tersebut, jadi buat tubuhku adalah sesuatu yang baru. Terus besok gimana? Besok berlatih lagi dengan 100 meter dulu kemudian jalan sebentar dan lari lagi, kemudian jalan lagi dan lari lagi, itu saya lakukan setiap pagi. Selama 10 hari atau satu minggu, setelah itu saya tambah 150 meter tetap kombinasi antara lari dan jalan, dan saya berlatih terus secara bertahap dengan cara menambah jaraknya setiap 10 hari.
Hingga mulailah terbentuk selama kira-kira empat bulan, tak terasa bisa berlari 8 putaran tanpa henti dengan kondisi ini saya memberanikan diri untuk ikut event lari 10K dan bisa finish dengan waktu 1 jam 33 menit, ini merupakan pencapaian dan hal baru yang luar biasa buat saya dan tubuh saya, dan belum pernah saya lakukan.
Dengan melakukan 4 jenis olahraga, gerak seseorang akan menjadi lebih fleksibel, energetic, kuat dan sehat . Kita bisa lebih lincah meskipun sudah tua.
Olahraga yang saya lakukan ini baik untuk peredaran darah, jantung, otot, kelenturan dan keseimbangan. Jantung itu butuh kardio. Kardio itu melatih otot jantung. Rumus heart rate untuk kardio adalah 220-usia. Itu maksimal heart rate atau denyut nadi. Jadi kalau saya usia 70 maka maksimum heart rate saya 220-70. Jadi maksimal heart rate saya 150 bpm, untuk lebih aman ini bagi pemula hasil tersebut kita kurangi 20% yaitu sekitar 120 bpm. Jadi kalau ada yang lari, badminton, lari maraton usahakan tidak melebihi heart rate maksimumnya. Setelah terbiasa bisa sampai maksimal heart rate tapi usahakan jangan melebihi. Jadi dilatih supaya tubuh bisa mengadaptasi,” bebernya.
Sementara itu, menurut Max, otot itu ada tiga macam jenisnya, yaitu otot jantung, otot lurik, dan otot halus atau otot polos. Otot jantung ada di jantung termasuk otot lurik. Otot lurik, otot yang bisa dilatih, kalau tidak dilatih otot akan berkurang atau menurun 1 persen setiap tahun. Syaratnya, lari, jalan, beban, kelenturan, dan balancing.
Soal makan, Max berpendapat, “Makanlah segala makanan yang tersedia yang dan ada secukupnya secara variatif, kombinasi dan repetitif , sebagai obat-obatanmu di kala kamu masih sehat, atau kamu sudah tidak makan ini, tidak makan itu, pantang ini pantang itu di kala kamu masih sehat, maka di hari tuamu kamu gantian makan berbagai jenis obat yang variatif, kombinasi dan repetitif sebagai makananmu”.
Konsepnya, rawatlah dan pelihara tubuhmu dengan baik ketika kamu masih sehat. Maka di hari tua, pasti tubuhmu akan membalas budi dengan memelihara kesehatanmu, reshaping your body, reprograming your mind, rehealing your heart and resurrecting your soul. Itu filosofinya.
Manajemen Coaching
Menikmati usia matang, Max masih tetap mendedikasikan diri dengan baik untuk menyelesaikan tugas-tugas utamanya di PT Hartono Istana Teknologi (Polytron) sebagai General Manager. Keberhasilan dalam memimpin perusahaan telah banyak dicapai olehnya. Salah satunya ia menerapkan nilai inti “Satu Keluarga” tanpa mengabaikan 4 nilai inti lainnya, yaitu Fokus pada Pelanggan, Profesionalisme, Organisasi yang terus belajar, Tanggung Jawab sosial” untuk para karyawan.
The Best Thing to Lead People is to Coach Them, untuk menjadi pemimpin yang baik adalah dengan meng-coaching mereka, karena coaching beda dengan punishment, Punishment fokus pada kekurangannya, sedangkan Coaching fokus pada kekuatannya, jadi membangun seseorang dari tidak bisa menjadi bisa, jadi a good leader is not always the smartest Leader but Leader that makes people around them smarter, papar Max yang mengawali karier di PT Hartono sebagai finance.
Karena itu, dengan adanya industri 4.0 ini semua otomatisasi dengan menggunakan komputer dan robot. Jika kita tidak bisa mengikuti, pasti ketinggalan. Karena semua menggunakan mesin maka akan lebih perfect dan lebih cepat. Kekurangannya, mesin sehebat apa pun tidak punya hati, baginya, manusia itu bukan mesin, manusia bisa bijak, manusia memang tidak bisa sepintar mesin, tapi punya hati. Jadi akan lain. Seorang pemimpin yang pintar akan dikalahkan dengan mesin, tetapi mesin tidak bisa lebih bijak. Orang pintar pakai otak, orang bijak pakai hati, oleh karena itu menurut saya kita harus selalu belajar menjadi Bijak. “Manusia itu unik, punya kelebihan masing-masing,” ujarnya.Punishment itu memang kadang perlu kalau itu memang melanggar peraturan. Itu pun walau diberi punishment, perlu tetap diberi support. “Kita harus tetap mengorangkan orang, apa pun itu kesalahannya. Fokus pada kesalahannya, bukan fokus pada orangnya. Kesalahan adalah kesalahan. Manusia adalah manusia. Yang dihakimi perilakunya, manusianya tidak,” tandas nya. (Sasy)