Rida Sobana adalah seorang arsitek berkelas internasional yang kini menjabat sebagai direktur di DP Architects, sebuah firma arsitektur global yang berbasis di Singapura. Keahlian dan pengalamannya dalam dunia arsitektur tercermin dalam portofolionya yang mencakup proyek-proyek besar lintas benua, yang memberi sentuhan khas pada karyanya sehingga lebih terkurasi dan memiliki kepekaan tinggi terhadap lingkungan. Belum lama ini, Rida juga berperan sebagai juri dalam Sayembara Ide Desain Gerbang dan Koridor Jalan Perumahan Graha Padma, Semarang.
Lulusan Universitas Indonesia ini memulai kariernya di Jakarta selama dua tahun sebelum bergabung dengan DP Architects dan menetap di Singapura. Meskipun jauh dari tanah air, keterlibatan Rida dalam berbagai proyek besar di Indonesia tetap signifikan. Salah satu pencapaian terbesarnya adalah memimpin proyek Senayan City Mall pada tahun 2001 – proyek pertama yang digarap DP Architects di Indonesia setelah krisis moneter.
Kesuksesan ini diikuti oleh proyek-proyek besar lainnya seperti Central Park di Slipi, Kemang Village, dan Lippo Mall Puri. Hingga kini DP Architects telah menyelesaikan lebih dari 60 proyek di Indonesia, termasuk Hotel Padma di Semarang dan sejumlah rumah sakit Siloam di Medan, Palembang, Bandung, dan Ambon. Di berbagai penjuru dunia lainnya, Rida bersama DP Architects juga mengerjakan proyek-proyek besar seperti Sengkang Health Campus dan Our Tampines Hub di Singapura, RMZ Ecoworld di India, serta The Dubai Mall di Uni Emirat Arab.
Bagi Rida, arsitektur bukan sekadar profesi, melainkan juga sarana untuk berkontribusi kepada masyarakat dan kota. Di kota kelahirannya, Jakarta, arsitek berdarah Jawa-Betawi memberikan kontribusi besar bagi dunia arsitektur Indonesia, melalui proyek-proyek DP Architects seperti Collins Boulevard, Arumaya Residence, dan Menara Syariah di PIK 2.
“Walau bermukim di Singapura selama lebih dari separuh usia, saya tetap merasa memiliki tanggung jawab untuk terus berkontribusi bagi Indonesia. Bekerja di berbagai projek berskala internasional justru memberi saya banyak kesempatan untuk memberikan pengaruh positif di tanah air, terutama dalam hal desain dan inovasi arsitektur.
Pengalaman bekerja di berbagai negara seperti India, Dubai, Cina, Malaysia, dan Vietnam memperluas wawasan Rida dalam merancang bangunan. Perspektif yang luas ini, menurutnya, memungkinkan DP Architects untuk melihat masalah secara lebih komprehensif dan menghasilkan solusi desain yang lebih inovatif.
Rida juga menekankan pentingnya pemikiran terbuka dalam mengeksplorasi berbagai kemungkinan yang ada di setiap proyek arsitektur. Salah satu contohnya adalah pengaruh pemikirannya yang reseptif saat menjadi juri dalam lomba desain gerbang Perumahan Graha Padma di Semarang.
Pengalaman kerjanya yang luas membuatnya mampu melihat setiap tantangan desain dari sudut pandang yang berbeda. Bagi Rida, perpaduan ide-ide dari berbagai budaya dan negara membuat desainnya menjadi lebih unik dan kaya akan inovasi.
“Semua pengalaman ini sangat membantu saya bersikap dan berpikiran lebih terbuka dalam menghadapi beragam tantangan di setiap proyek. Namun perlu diingat bahwa berpikiran terbuka saja tidak cukup, dan tetap harus disertai dengan profesionalisme, karena hal inilah yang utama dan terpenting dalam bekerja,” katanya menegaskan.
“Bagaimanapun juga keberhasilan sebuah proyek sangat bergantung pada diskusi awal yang matang antara arsitek, klien, dan pemangku kepentingan. Hal ini penting untuk menentukan tujuan utama proyek, apakah proyek tersebut hanya akan menjadi ikon atau memiliki manfaat yang lebih besar bagi masyarakat.”
Dalam setiap proyek yang ditangani, Rida juga selalu mengutamakan prinsip keberlanjutan. Proyek-proyek yang dirancangnya tidak hanya estetis, tetapi juga efisien dalam penggunaan energi dan memanfaatkan material yang ramah lingkungan. Pengalamannya bekerja di Singapura yang terkenal dengan regulasi bangunan yang ketat membuat Rida terbiasa mendesain hingga ke detail terkecil, terutama dalam aspek keamanan. Kolaborasi antara arsitek perencana dan arsitek lokal sering kali diperlukan untuk memastikan bahwa desain memenuhi standar-standar tersebut.
Terkait peran arsitek Indonesia di kancah internasional, Rida menilai bahwa potensi sumber daya manusia di Indonesia sangat besar. Namun, menurutnya, masih ada kekurangan dalam hal pelatihan dan pendidikan arsitektur yang memadai.
“Pelatihan yang tepat harus dimulai sejak di bangku kuliah dan dilanjutkan melalui pengalaman profesional. Saya mengamati bahwa banyak arsitek Indonesia yang memulai karier mereka di luar negeri seperti di Singapura, Malaysia, dan Dubai. Langkah seperti ini sangatlah positif karena pengalaman di luar negeri memberikan peluang bagi arsitek muda untuk mengasah kemampuan mereka dan menghindari keterbatasan perspektif.”
Ia juga menyoroti pentingnya kolaborasi antara arsitek muda dan profesional berpengalaman. Bagi Rida, pendidikan formal lanjutan memang penting bagi mereka yang ingin berkarier di bidang akademis. Namun, bagi yang ingin menjadi arsitek profesional, bekerja langsung di lapangan dengan arsitek yang dikagumi adalah langkah yang lebih efektif.
“Belajar dari mereka yang sudah lebih dulu sukses adalah kunci untuk menjadi arsitek baik dan profesional. Pengalaman demi pengalaman memberikan saya pemahaman tentang betapa pentingnya pemikiran terbuka, kolaborasi, dan semangat untuk terus belajar dalam dunia arsitektur.” (BP)