Tim Arsitek Cluster Taman Anggrek
PT Graha Padma Internusa sedang membangun dan mengembangkan Cluster Taman Anggrek. Berbagai tipe mulai yang paling kecil, Disa berukuran 6×16 kemudian Eria, Thunia, Luisia, Vanda, Brassia, dan yang paling besar Cattleya berukuran 12×25. Di balik rancangan rumah-rumah modern tropis dan kawasan yang nyaman itu adalah tim arsitek Graha Padma. Padmanews berbincang dengan arsitek Dandun Dwianantyo ST ( kepala), Aldi Candra Wijaya ST, dan Dewi Meirina ST.
Menurut Dandun, jika dilihat dari master plan keseluruhan, rumah-rumah di Graha Padma satu lantai. Ada yang dua lantai, namun hanya satu lokasi di depan. Padahal konsumen menginginkan cluster yang dua lantai.
Tim kemudian mencari lokasi, kebetulan Perumahan memiliki lahan yang jika dilihat dari master plan lama berada di pinggir. Namun jika dilihat di grand master plan yang akan datang, ini area yang oleh developer dianggap sebagai “daging”.
“Artinya ini sesuatu yang bisa kami jual lebih,” katanya. Lalu area tersebut dikembangkan sebagai cluster dua lantai, yang kemudian dinamai Taman Anggrek. Komposisi pembangunan di Taman Anggrek sama dengan cluster lain, 60:40 persen.
Sebanyak 60 persen lahan yang bisa dijual, dan 40 persen merupakan fasilitas terbuka, baik jalan, taman, dan lainnya. “Dengan komposisi ini, kami bisa menempatkan utilitas dengan enak, tidak saling tumpang tindih,” tuturnya. Vegetasi juga bisa dibuat lebih hijau dan nyaman, karena di bawahnya tidak ada utilitas. Sehingga tanaman bisa tumbuh dengan bebas, dan utilitas juga tidak terganggu oleh akar-akar tanaman.
Jalan dibuat selebar 6-7 meter dan pedestarian 3,5 meter. Dengan jalan selebar itu, ketika ada yang parkir mobil pada dua sisi, jalan masih bisa dilewati kendaraan. “Meskipun sebenarnya kami tidak berharap ada yang parkir di dua sisi,” katanya. Oleh karena itu carport didesain untuk dua mobil, bahkan untuk yang tipe besar masih ada satu garasi.
Hal unik lain di Taman Anggrek adalah desain untuk suatu area, misal taman bermain atau space untuk santai lebih tinggi dari ketinggian tanah setempat. Play ground ditinggikan sekitar 1,5 meter, dan diletakkan di tengah cluster supaya enak berkumpul.
Pasangan Muda
Aldi menjelaskan, untuk tipe paling kecil, Disa yang berukuran 6×16, rumah juga didesain dua lantai. Lantai bawah tidak ada kamar, di atas ada tiga kamar. “Tipe ini dirancang khusus untuk pasangan muda yang aktivitasnya memang simple. Jadi lantai bawah dikhususkan untuk aktivitas, lantai atas untuk istirahat,” ucapnya.
Di bawah ada ruang keluarga, ruang makan, dapur, dan kamar mandi. Sistemnya dibuat praktis khusus untuk konsumen milenial, yang cucinya ke laundry, makan meski bisa masak dengan dapur, biasanya pilih go food juga.
Menurutnya, ini tipe yang ekonomis untuk pasangan muda. Ditambahkannya, luasannya yang relatif kecil menjadikan harga relatif murah dan terjangkau.
Dewi menambahkan, di Taman Anggrek memang didesain kamar lebih dari tiga, kecuali tipe Disa. Tipe lain sudah empat kamar, karena kebutuhannya anak dan keluarga di atas, orang tua di atas, yang di bawah masih ada space untuk tamu.
Ditambahkannya, untuk denah dan fasad, tim mengusung open plan, karena lebih terasa enak dan plong. “Karena di situ terjadi interaksi antarkeluarga di ruang keluarga, ruang tamu, dan pantry. Di atas ada master bed room dengan kamar mandi dalam,” katanya. Untuk ukuran meski tidak terlalu besar tetapi compact, sehingga yang tidur di dalamnya merasa nyaman.
Tampilan rumah, menurut Dewi, dibuat modern tropis. “Yang pasti kami buat ada banyak pencahayaan di dalam ruangan, lalu penghawaan dengan buka depan dan buka belakang”.
Dandung ikut menegaskan, dalam konsep perencanaan, setiap rumah harus punya jendela untuk cahaya matahari yang cukup. Hal ini untuk kesehatan, ruangan tidak pengap, dan hemat energi.
“Jadi kami rencanakan, selain lingkungan, dalam rumah juga dibikin bagus,” timpal Dewi. Sementara Aldi menambahkan, konsep tropis juga diarahkan supaya tidak ada area di rumah yang tempias ketika hujan. Selain itu spek material yang dipakai juga pilihan, sanitair, kusen , lantai granit 60×60 sehingga rumah terkesan mewah dan luas.
Proses Desain
Menurut Dandung, dalam proses desain selalu ada diskusi di antara anggota tim arsitek, misal ingin rumah seperti apa, soal denah, dan lain-lain. “Saat proses desain, kita bayangkan mendesain bukan untuk orang lain, tetapi untuk diri sendiri. Sehingga kalau kita sendiri puas, tentunya orang lain akan puas juga. Dipikirkan bagaimana semua hal akan nyaman untuk kita, sehingga nantinya juga akan nyaman untuk orang lain,” tuturnya.
Dewi menambahkan, “Kami mencurahkan ide, lalu disatukan, kemudian ada review. Personel yang direview juga harus open mind”. Menurutnya, tim juga melakukan studi komparasi. Tidak hanya di Semarang, tetapi juga ke Surabaya dan Jakarta. Supaya diketahui seperti apa perkembangan di lain kota, demand konsumen di sana bagaimana, dan lainnya. Misal, ternyata di sana sudah jarang mendesain ruang tamu karena konsumen sudah jarang terima tamu. Namun di sini masih ada ruang tamu, meski tidak terlalu besar.
“Konsep living room dan dining room menyatu, tidak terlalu besar tetapi didesain supaya Instagramable. Ini tentu mempengaruhi desain,” kata Dewi, sambil menambahkan bahwa tim juga belajar dari perumahan-perumahan lain atau developer lain.
Proses desain juga disebutkannya melibatkan tim marketing, karena marketinglah yang berhubungan dengan konsumen dan sering dapat masukan dari konsumen. “Jika tim arsitek sudah menyepakati sebuah desain, baru kami komunikasikan dengan tim marketing. Itu pun masih bisa direvisi, karena marketing pasti memberikan masukan dari keinginan konsumen. Misalnya soal Feng shui,” ucapnya.
Pilihan warna di Cluster Taman Anggrek, menurut Dewi, cukup konservatif. Misal abu-abu dan coklat. “Warna warna ini bisa diterima hampir oleh semua selera”. Aldi menambahkan, “Ternyata memang banyak konsumen yang cocok dengan warna ini”.
Menurut Dandung, meski rumah-rumah di Taman Anggrek dua lantai, namun untuk lingkungan didesain agar tidak terkesan sempit atau dempet-dempetan . Sementara untuk tipe paling besar, Cattleya, di salah satu bagian rumah dua lantai itu ada yang tiga lantai. Area servis di belakang bisa ditempatkan di situ. Area belakang yang kosong bisa dipakai untuk bikin taman atau kolam renang, sehingga bisa jadi nilai tambah rumah tersebut.
Sementara itu, Marketing Manager Graha Padma Nurwindhia Buntario menjelaskan, pembangunan Cluster Taman Anggrek seluas 12 hektare dibagi dua tahap. Dikerjakan dulu 6 hektare, dan untuk tahap kedua sudah mulai mendesain. Respon pasar terhadap Taman Anggrek ternyata cukup bagus.
“Kami cukup surprised, di awal tahun 2019 ini untuk permintaan pasar cukup meningkat. Terutama di cluster luasan tanah 200 – 240 m2 permintaan cukup tinggi. Rupanya standar hidup masyarakat mulai meningkat”.
Hal lain yang diperhatikan Nur, meskipun milenial, konsumen muda ini ternyata karakter “Family”-nya masih kuat sekali. “Mereka hidup dalam rumah tangga sendiri, tetapi masih mikir orang tuanya. Maka meskipun kamar di atas cukup, mereka masih berpikir untuk memfungsikan kamar di bawah untuk orang tua mereka saat mampir atau ikut bersama mereka. “Konsep sebagai orang Timur masih sangat kuat. Maunya bapak, ibu dan dua anak di atas, di bawah untuk orang tuanya,” katanya. Jadi, saat mereka memilih Taman Anggrek, kebutuhan mereka akan ruang terpenuhi. Ini adalah point of sale untuk generasi milenial. (BG)