Angin pagi yang sejuk membelai wajah. Jajaran pohon terhampar luas. Nun di kejauhan nampak puncak Gunung Sindoro dan Sumbing. Sekelompok warga senior menyusuri lintasan untuk berjalan kaki di antara pepohonan.
Kaos olahraga kuning mereka kontras dengan warna hijau pepohonan di Agro Wisata Ngebruk Patean atau lebih dikenal dengan nama Plantera Fruit Paradise. Kawasan ini merupakan tempat wisata yang pertama dan satu-satunya di Kendal yang menyediakan surga buah unggul yang memiliki lahan seluas 234 hektare. Lokasinya di perbukitan yang berhawa sejuk, tepatnya di Desa Sidokumpul Kecamatan Patean Kabupaten Kendal, JawaTengah.
Para warga senior dari Semarang dan beberapa kota lain yang tergabung dalam Green Candi Club ini pagi itu memang sedang membuat acara jalan kaki, kumpul-kumpul, ngobrol, dan kulineran di Plantera. Menurut Kusno Suharjo, anggota klub yang berdiri di awal tahun 2000-an ini sekitar 100 orang, mayoritas suami istri.
“Yang paling penting adalah kumpul-kumpul bersama teman-teman, ngobrol banyak topik. Suasana ini bagi sebagian besar anggota sungguh ngangeni, apalagi di antara kami itu saling melayani yang lain tanpa terbebani,” kata Kusno. Harapannya, klub yang sering mengadakan tur dan juga kursus menari ini, bisa tetap eksis sampai kapan saja.
Para anggota klub juga terlihat sangat menikmati acara di Plantera. Sementara sebagian anggota menguji lintasan dua kilometer, sebagian lain memilih menikmati area kebun buah dengan mobil wisata. Mereka berkeliling sejauh empat kilometer menikmati wisata perkebunan.
Menurut Gunawan Setyadji, dari manajemen Plantera, Kebun Ngebruk merupakan salah satu kebun milik PT Cengkeh Zanzibar, yang punya empat kebun di Jawa Tengah dan dua kebun di Jawa Barat. Pada sekitar 1975 area ini ditanami cengkih, tetapi ternyata tidak terlalu cocok, karena di kedalaman satu meteran terdapat batu. Sehingga ketika sudah besar, cengkih mati karena akarnya mentok ke batu.
Apalagi pada waktu itu ada BPPC yang memonopoli tata niaga cengkih, sehingga kemudian diputuskan untuk menanam buah. Karena pasarnya terbuka, buah tidak mudah dimonopoli. Komoditi yang ditanam meliputi rambutan Binjai dan Rapiah, durian Montong, lengkeng Itoh, jambu air dari Demak atau jambu Citra. Sedikit buah naga sebagai hiasan, karena buah naga yang untuk komoditi ditanam di Curug. Selain itu masih ada mangga Thailand, kelapa pandan wangi, sawo jumbo.
Tiap-tiap varietas ditanam 6 – 9 pohon, sekaligus sebagai percobaan apakah area sini cocok ditanam buah – buahan. ” Kalau memang bagus dan bisa dikomersialkan, maka kami perbanyak. jadi sifatnya setengah percobaan, setengah koleksi,” tutur Gunawan.
Kebun Produksi
Kebun Ngebruk ini dulunya dimaksudkan untuk kebun produksi, jadi memproduksi buah untuk dipasarkan ke kota-kota. Sehingga desain sejak awal, baik penanaman maupun jarak penanaman adalah kebun produksi. Seiring waktu banyak tamu yang datang dan ingin melihat- lihat, dan kemudian mengusulkan ini tempat yang bagus kok tidak dibuka untuk umum?
Mendesain ulang memang tidak mudah, namun manajemen kemudian membuatkan jalur untuk wisata, dua gedung untuk menyambut tamu wisatawan. “Jika libur panjang kami memang kewalahan karena kapasitas tidak bisa menampung pengunjung” ucapnya. Rombongan tamu bisa meminta fasilitas, misalnya rombongan olahraga jalan kaki disiapkan track sepanjang 2 km, sehingga tidak terlalu jauh.
Yang tidak ingin jalan bisa naik kendaraan wisata untuk keliling di salah satu sisi kebun Ngebruk ini.Di sini terdapat juga resto dan food store. “Food store kami saat ini hanya menjual murni hasil kebun kami saja, sehingga ketika tidak sedang musim buah, terpaksa food store kosong”. Namun resto dan wisata keliling tetap melayani pengunjung. Selain itu juga ada danau buatan.
Plantera juga membuat acara petik petik buah jika sedang musim, “buah yang bisa dipetik adalah lengkeng dan rambutan”. Untuk durian tidak bisa karena durian harus ditunggu sampai matang dan jatuh sendiri.
Setiap pengunjung cukup membayar 25 ribu rupiah untuk berkeliling menikmati kebun dengan mobil wisata, diberi minuman sambutan baik jus atau air mineral, jika pas tidak musim buah.
Untuk acara petik petik biaya Rp 75 ribu diberi waktu 30 menit untuk makan buah, selain durian, sepuasnya di area perkebunan. Untuk yang dibawa pulang harus ditimbang sesuai harga yang di toko.
Menurut Gunawan, prospek Plantera sebagai tempat wisata sangat bagus. Hanya saja untuk mendesain ulang area kebun produksi menjadi tempat wisata memang butuh waktu dan biaya. “Memang harus didesain ulang. Jangan sampai perjalanan bolak balik dari Semarang yang hampir tiga jam, di sini cuma menghabiskan waktu setengah jam, jadi tidak cucuk”.
Namun begitu berbagai fasilitas akan terus ditambahkan. Di antaranya adalah beberapa spot untuk swafoto. “Kami akan menyiapkan dua atau tiga spot untuk selfie, karena sebenarnya ini akan membantu dalam promosi kami,” tutur Gunawan. (BG)