Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Deddy Suryadi SIP Msi meresmikan penggunaan Gereja Oikumene Diponegoro di lingkungan Kodam IV/Diponegoro, Watugong, Banyumanik, Semarang baru-baru ini. Bersamaan dengan peresmian gereja, juga diresmikan Pos Provost dan selesainya rehab GOR Prajurit.

Acara di Kodam itu selain dihadiri oleh Pangdam, juga para Asisten, prajurit, tokoh tokoh lintas agama yang tergabung dalam Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) serta sejumlah pengusaha.
Dalam sambutannya, Pangdam menyampaikan, “Kalau ada niat pasti ada jalan. Oleh karena itu kami ucapkan terimakasih kepada bapak bapak dan ibu ibu semua yang telah membantu proses kegiatan pembangunan gereja ini”.
“Kami ucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah dan karunia-Nya, sehingga bapak dan ibu semua digerakkan Yang Maha Kuasa untuk memberikan jalan yang terbaik”.
“Dengan apa yang diberikan oleh semua, sampai dengan saat ini gereja sudah berdiri dengan megah”, kata Panglima yang disambut tepuk tangan para hadirin.
Dirinya juga mengungkapkan rasa terimakasih kepada tokoh agama, tokoh adat, dan juga tokoh masyarakat atas segala dukungannya, sehingga gereja ini bisa berdiri dengan kokoh.
“Kehadiran gereja ini bukan sekadar formalitas, namun merupakan bentuk komitmen kita semua yang merupakan bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, dimana semuanya terbingkai dalam Pancasila. Salah satunya adalah sila pertama Pancasila. Sehingga semua umat, semua prajurit dan masyarakat berhak dan memiliki hak untuk beribadah sesuai dengan agama dan keyakinannya masing-masing “.
Sambil bergurau Pangdam mengatakan, “Nanti prajurit yang bandel bandel itu biar masuk sini, karena di tempat ibadah itu kan gak ada yang pikirannya macam macam. Kami sendiri juga sama, kalau sudah masuk ke tempat ibadah ya sudah memang untuk berdoa. Jadi yang Katholik, Kristen, Hindu atau Buddha pasti sama juga”.
“Kalau kita masuk ke tempat ibadah itu tensinya dari tinggi langsung jadi rendah. Jadi dengan adanya gereja ini, bagi prajurit maupun masyarakat yang ingin beribadah di gereja dipersilakan. Atau yang ingin sekadar foto foto juga tidak apa apa. Harapan kami, gereja ini bisa bermanfaat khususnya buat umat Kristiani yang ada di Kodam IV Diponegoro maupun masyarakat di wilayah sekitar sini”.
Nilai Toleransi
Menurut Pangdam, pendirian gereja ini juga menjadi cermin nilai toleransi yang harmonis. “Karena masih ada juga di dalam sebuah agama yang banyak aliran dan kemudian lebih melihat perbedaan, dan bukannya persamaannya. Hal ini kemudian menjadikan permusuhan, dan yang satu dengan yang lain berjauhan”.
Pangdam menegaskan dengan peresmian gereja yang dihadiri para tokoh berbagai agama, menjadikan keberagaman dan perbedaan adalah sebuah keniscayaan yang harus dirawat.


“Di dalam Alquran atau Alkitab tentu ada bahwa kalau Tuhan hendak menciptakan sesuatu yang satu saja tentu bisa. Namun mengapa Tuhan menciptakan kita berbeda-beda? Menciptakan suku yang berbeda-beda? Menciptakan agama yang berbeda-beda? Ada yang rambutnya lurus ada yang keriting”.
“Nah itu adalah perbedaan yang harus kita rawat dan menjadi suatu persatuan, seperti dalam sila ketiga Pancasila, Persatuan Indonesia. Di hadapan Tuhan, kita semua umat beragama adalah sama. Sehingga dengan kami membuat tempat ibadah ini, toleransi antarumat beragama menjadi semakin baik”.
Atas semua hal yang dilakukan di wilayah Kodam IV Diponegoro, Pangdam mengucapkan terimakasih kepada semua hadirin yang telah memberikan bantuan dan dukungan sehingga gereja bisa berdiri dengan megah. “Tanpa bantuan, tanpa uluran tangan dari berbagai pihak tentu gereja ini tidak bisa berdiri”.
Dia berharap gereja ini menjadi pusat spiritualitas, kedamaian, dan pelayanan bagi umat dan masyarakat di sekitarnya.
Pangdam juga mengungkapkan setelah selesai membangun gereja sebenarnya dirinya ingin bergerak membangun sesuatu lagi. Namun ternyata dirinya dipindahkan tugas ke Jakarta, menjabat sebagai Pangdam Jaya.
Maka dalam kesempatan itu Pangdam juga mohon pamit serta meminta maaf jika ada tutur kata atau perilaku dirinya yang kurang berkenan kepada orang lain.
“Kami mohon diri dan juga mohon doa Bapak dan Ibu semua agar nanti bisa melaksanakan tugas dengan baik. Komunikasi yang sudah terjalin dengan baik semoga bisa kita teruskan sampai kapan pun”.
Ide Gereja
Ide pendirian gereja itu sendiri berasal dari Mayjen TNI Deddy Suryadi yang seorang muslim. Ceritanya ketika sedang berolahraga di lingkungan Kodam IV/Diponegoro ia melihat bahwa ada lima masjid berdiri di situ, namun belum ada tempat ibadah untuk umat agama lain.
Ketika dia bertanya kepada staf yang Nasrani dimana mereka beribadah, jawabnya adalah di aula atau di ruang-ruang kelas.
Dari situ terlontar ide mengapa tidak membangun gereja di lingkungan Kodam. Deddy menanyakan kepada para staf yang kemudian menyatakan kesetujuan mereka.
“Saya tanya Asisten Personel saya yang Nasrani, kalau kamu pasti setuju kan? Kemudian kita carilah tempat yang pas, dimana suatu saat nanti orang-orang dari luar juga bisa beribadah di sini, bukan hanya tentara”.
Bentuk gereja itu sendiri terasa unik, karena menyerupai Gereja Blendhuk dalam ukuran yang lebih mini. “Kami ingin bentuknya tidak begitu begitu saja. Dibuat unik, karena kita melihat ada unsur seni dan sejarah yang dijadikan satu”, jelas Pangdam Deddy Suryadi. (BP)
Padmanews.Id Online Lifestyle News





