21 January 2025
Home / Top News / Queen Victoria Market Melbourne, Pasar Bersejarah yang Asyik

Queen Victoria Market Melbourne, Pasar Bersejarah yang Asyik

Mengunjungi Queen Victoria Market, Melbourne, Australia, selalu asyik dan menyenangkan. Bukan saja karena kita bisa menemui banyak dan aneka rupa barang belanjaan, tetapi gedung pasar ini sendiri enak untuk dinikmati sebagai peninggalan sejarah.

Pasar yang dibangun pada tahun 1878 itu merupakan open market terbesar seluas 7 ha di belahan bumi bagian selatan dan telah menjadi landmark Melbourne yang secara historis, arsitektur dan sosial telah terdaftar dalam Victoria Heritage Register.

Selain berbelanja, pengunjung juga bisa mempelajari sejarah pasar tersebut. Salah satu bagian yang saat ini dipergunakan untuk penjualan beraneka  cinderamata dahulunya merupakan pemakaman. Terdapat sedikitnya 10.000 makam di bawah tempat yang saat ini digunakan untuk penjualan souvenir dan tempat parkir itu.

Salah satu yang dimakamkan di situ adalah John Batman, pendiri kota Melbourne. Di atas kuburan yang berada di dekat tempat parkir itu didirikan tugu peringatan setinggi kurang lebih 3 meter untuk penanda makam tokoh tersebut. Warga Melbourne sendiri tidak banyak yang tahu bahwa makam pendiri kota mereka berada di situ.

Pasar ini buka setiap hari kecuali Senin dan Rabu dan setiap Rabu sore di musim dingin  diadakan acara night market dimana kita bisa makan malam, minum, menikmati live music dan lainnya, dimana pengunjung lokal dan internasional berbaur menikmati suasana yang meriah dan menyenangkan.

Akses masuk ke dalam pasar juga mudah. Selain di dua sisi Queen Street, ada bagian juga yang menghadap Therry Street, Elizabeth Street, Victoria Street dan Peel Street. Jadi wisatawan bisa masuk dari berbagai sisi. Untuk wisatawan bahkan tersedia tur khusus mengenal sejarah pasar ini. Tur berlangsung selama dua jam.

Yang suka jajan di pujasera, food court berada di ujung Queen Street dan sebagian menghadap Victoria Street. Sedangkan deretan kafe bisa ditemukan di Elizabeth Street.

Pasar menjajakan berbagai barang kebutuhan sehari-hari. Tak hanya sayuran, aneka daging dan ikan, tapi juga yang menjual roti dan kue-kue, aneka minuman dari bir hingga wine, bahkan ada juga toko khusus untuk suvenir, perlengkapan berkebun, hingga pakaian.

Jika masuk lewat Peel Street, aneka oleh-oleh sudah terlihat. Ada wine, cokelat, segala jenis permen dan camilan. Masuk ke bagian dalam, lama-lama tak terlihat arah mana yang dituju. Dari buah-buahan, sayuran kemudian juga aneka kaos dengan label Melbourne dan Australia pun bertebaran. Sejumlah produk kulit pun terlihat. Dibikin bingung karena barang yang dijajakan cukup banyak dan beragam

Victoria Market juga terkenal dengan Hot Doughnut Van yang telah beroperasi lebih dari setengah abad dan menjadi bagian dari tradisi lokal, dikenal juga sebagai Jam Donuts yang sampai sekarang pembeli tetap harus antre untuk menikmati Doughnut yang sangat nikmat.

Di tengah perkembangan kota Melbourne yang tumbuh pesat dan kian modern, pasar ini tidak kehilangan ciri khasnya. Gaya arsitektur Victoria yang kuat masih bisa kita jumpai di pasar yang kini dikepung oleh gedung-gedung pencakar langit ini.

Multikultur

Meski merupakan pasar tradisional, Queen Victoria Market boleh dibilang pasar modern untuk ukuran Indonesia. Pasarnya bersih, tertata rapi, dan tidak semrawut. Ini sangat jauh berbeda dengan kondisi yang biasa kita jumpai pada sebagian besar pasar tradisional di tanah air.

Seperti di Indonesia, penjual daging, ikan, sayuran, dan buah segar di pasar ini juga sedikit gaduh. Mereka acapkali berteriak untuk menarik perhatian pembeli. Teriakannya tentu dalam bahasa Inggris.

Bedanya, kondisi pasar relatif bersih dan tidak becek. Sampah pasar dikelola dengan baik. Daging dan ikan diletakkan di dalam kotak kaca sehingga lebih higienis. Tidak ada lalat yang beterbangan ke sana kemari tentunya.

Sejalan dengan kondisi demografis penduduk Kota Melbourne yang multikultural, mereka yang berdagang di Queen Victoria Market berasal dari beragam suku bangsa. Wajah-wajah Eropa dan pendatang dari Asia serta Timur Tengah bisa dijumpai di sini.

Orang Indonesia juga tidak ketinggalan. Di pasar yang didominasi bule dan imigran dari Tiongkok ini sangat mudah menjumpai wajah melayu. Sejumlah penjual pakaian di Victoria Market berasal dari Indonesia.

Sambilan Mahasiswa

Bagi mahasiswa, Queen Victoria Market bisa jadi tempat mengais rejeki selagi mereka  belajar di negeri kanguru ini. Untuk Mahasiswa dari Indonesia yang kuliah di University of Melbourne atau RMIT, Victoria Market menjadi tempat favorit untuk menambah uang saku. Selain dekat dengan kampus dan banyaknya lowongan yang tersedia, pekerjaan set-up / pack-up salah satu yang paling diminati.

Pagi hari sebelum masuk kuliah mereka membantu menggelar dan menata dagangan sedangkan sore hari sehabis kuliah mereka membantu memasukkan barang barang dagangan tersebut ke mobil boks atau truk pedagang. Untuk kerja selama 1 jam di pagi hari dan 1 jam di sore hari setidaknya mereka bisa mengantongi $40 atau sekitar Rp 400 ribu.

Toko toko yang menjadi langganan mahasiswa Indonesia biasanya toko souvenir, handicraft, kopor dan oleh-oleh kaos. Selain itu banyak dijumpai warga Indonesia yang bekerja untuk menjaga kios-kios di Victoria Market. Jangan heran kalau sering terdengar penjaga toko menyapa kita dengan bahasa Indonesia. (bp)