Lawang Sewu selalu mampu menyuguhkan keindahan yang unik di setiap sisinya. Daya tarik gedung bergaya arsitektur Belanda ini tak pernah memudar sejak dibangun pada masa lampau hingga kini.
Lawang Sewu yang juga berarti pintu seribu, meski pada kenyataannya hanya berjumlah 928 pintu dengan 425 frame, 114 ruang kerja, tidak termasuk ruang meeting, terletak di bundaran Tugu Muda, Kota Semarang. Sebagai landmark Ibu Kota Jawa Tengah, Lawang Sewu yang berdiri di lahan seluas 18.232 m2, tepat berada di jantung Kota Atlas. Lokasi yang sangat strategis dan mudah dijangkau dari segala penjuru.
“Menikmati Lawang Sewu, seolah berada di satu masa di mana Pulau Jawa dikuasai oleh para tentara Belanda kala itu. Kejayaan negeri ini diperebutkan oleh bangsa-bangsa di luar sana dengan segala daya dan cara. Namun rakyat Indonesia berhasil mempertahankan sekuat tenaga. Sungguh, kita bisa menikmati wisata ini sembari mempelajari budayanya yang sarat dengan sejarah bangsa. Inilah salah satu heritage yang wajib dijaga.”
Sepenggal ungkapan kekaguman itu terlontar dari Dian Frisnaliza, salah seorang pengunjung wisata Lawang Sewu yang datang nun jauh dari Kota Sampit, Kalimantan.
Sempat ditutup selama beberapa waktu akibat pandemi Covid-19, pengunjung telah kembali menikmati kemegahan Objek Wisata Lawang Sewu dengan fasilitas terbaru yang ada di dalamnya.
Sebagai upaya untuk menekan potensi penyebaran Covid-19, pengelola menerapkan protokol kesehatan secara ketat dan menambah jumlah petugas untuk memastikan protokol kesehatan berjalan sesuai dengan yang ditetapkan.
Selain itu, dilakukan pembatasan jam operasional, pembatasan jumlah pengunjung, upaya menekan transaksi pembelian tiket secara tunai, yang bisa dilakukan dengan memesan terlebih dahulu secara daring, serta pembatasan jarak fisik saat antre masuk dan ketika berada di area wisata serta museum.
Pengelola Lawang Sewu benar-benar memastikan keamanan dan kenyamanan untuk seluruh elemen dapat terjamin. Memasuki area wisata, pengunjung melewati pintu mesin dengan menempelkan barcode yang tertera di tiket masuk.
Petualangan pun dimulai dari sini. Pengunjung bisa menelusuri keindahan Lawang Sewu dan seisinya.
Ada banyak bagian dalam ruangan yang menyimpan berbagai cerita dan sejarah. Ada lorong panjang yang dihiasi pintu-pintu dan jendela-jendela yang dibuka dan ditutup setiap harinya selama jam operasional. Sementara di tiap-tiap ruangan yang sekaligus dijadikan museum terdapat benda-benda miniatur peninggalan masa lampau dan beragam koleksi dari masa ke masa perkeretaapian di Indonesia.
Koleksi yang dipamerkan di ruangan-ruangan itu, antara lain koleksi Alkmaar, mesin Edmonson, Mesin Hitung, Mesin Tik, Replika Lokomotif Uap, Surat Berharga, dan lain-lain. Lawang Sewu juga menyajikan proses pemugaran gedung Lawang Sewu yang terdiri atas foto, video, dan material restorasi.
Naik ke gedung atas, pengunjung bisa menikmati keindahan Kota Semarang dari balkon lantai dua. Pengunjung bisa mencari sudut terbaik untuk mengabadikan diri.
Setelah puas menjelajah setiap ruangan, pengunjung bisa beralih ke bagian luar atau berada di lapangan tengah yang biasanya juga menjadi spot foto favorit.
Lapangan yang dihimpit antara tiga gedung utama ini semakin menarik dengan adanya ornamen-ornamen klasik yang mempercantik bangunan berusia ratusan tahun ini.
Belum lagi gaya arsitektur Lawang Sewu yang merupakan perpaduan arsitektur tropis dan Eropa itu memang memiliki pesona berbeda.
Mendekati pintu keluar, terdapat perpustakaan berisikan buku-buku tentang kereta api.
Ada satu bagian ruangan lagi yang memang sudah cukup tersohor, yakni ruangan bawah tanah. Namun, ruangan tersebut dalam masa perbaikan sehingga tidak bisa digunakan dan dikunjungi oleh umum.
Meski demikian, tak perlu kecewa. Karena pengunjung bisa menikmati fasilitas lain, seperti sewa kostum dan tempat untuk berfoto dengan berbagai latar yang berbeda, tempat makan siap saji dan angkringan yang berada di dalam area wisata, serta sajian musik keroncong setiap Sabtu-Minggu.
Dengan disediakan fasilitas kuliner, pengunjung yang haus atau lapar setelah berkeliling-keliling, bisa langsung memesan minum atau sekadar camilan tanpa harus keluar dari area wisata.
Menurut Erik, penjaga angkringan, angkringannya baru beroperasi di Lawang Sewu awal 2021.
Ada berbagai minuman yang disediakan, antara lain teh panas/dingin, teh tarik, kopi, susu, dan jahe. Untuk makanan, seperti getuk, bacem, dan aneka gorengan. “Harganya cukup terjangkau, jadi pengunjung tak perlu khawatir,” ujar Erik sambil tertawa.Selain itu, angkringan dengan desain terbuka yang instagramable ini cukup digemari anak-anak muda untuk berfoto.
Sementara jika ingin makan makanan berat, sudah tersedia tempat kuliner makanan cepat saji CFC yang juga ada di dalam area wisata sejak awal 2020 lalu.
Selanjutnya, pengunjung yang ingin menikmati nuansa lain, seperti spot dan kostum untuk berfoto dengan penampilan dan gaya berbeda, sudah disediakan persewaan kostum dan tempat foto yang disesuaikan dengan suasananya.
Firza Aditya Fernanda (22), marketing persewaan kostum, mengungkapkan sejak Januari 2020 pihaknya telah menyewa beberapa ruangan di Lawang Sewu yang digunakan untuk menyediakan kostum-kostum sekaligus ditata sesuai dengan nuansa kostum yang ada.
“Pengunjung bisa menyewa kostum-kostum yang kami desain dan jahit sendiri ini sesuai dengan yang diinginkan. Ada berbagai kostum yang disediakan, seperti pakaian dari Jawa, Belanda, Jepang, dan juga bajak laut. Latar untuk berfoto juga sudah disiapkan, baik di dalam maupun luar ruangan,” kata Firza.
Ia menuturkan, harga sewa kostum Rp 60.000 per orang. Pengunjung akan mendapatkan arahan gaya dari fotografer, difoto, dan mendapatkan hasil foto. Firza mengungkapkan, sebelum masa pandemi, hampir setiap hari ada 500 penyewa kostum. Namun saat ini, sehari 10 penyewa saja belum tentu.
Fasilitas Lawang Sewu juga semakin lengkap dengan menghadirkan suasana yang seru saat weekend. Setiap Sabtu-Minggu disajikan musik keroncong dari salah satu grup musik untuk menghibur para pengunjung.
“Tapi akan lebih indah lagi jika setiap hari ada semacam backsound atau iringan musik-musik Jawa. Apalagi Lawang Sewu dengan nuansa klasiknya dan suasananya yang nyaman dan bagus ini,” ujar Sekar (21), mahasiswi di salah satu perguruan tinggi di Bandung, yang jauh-jauh menyempatkan diri bersama keluarganya datang dari Kota Bekasi khusus menyambangi Lawang Sewu.
Tak berlebihan, jika keinginan para pengunjung menjadi masukan dan bisa dikaji untuk direalisasi. Apalagi, Lawang Sewu masih banyak menyimpan berbagai cerita yang layak disuguhkan untuk khalayak, khususnya yang baru kali pertama berkunjung seperti Sekar.
Makin Menawan Hati
Sempat dinobatkan sebagai bangunan paling angker, Lawang Sewu yang sudah berbenah, yakni setelah pemugaran dan renovasi tanpa menghilangkan keaslian arsitekturnya, berubah menjadi tempat wisata sejarah yang menarik dengan bangunan-bangunan yang menawan hati. Tak ada lagi ruangan gelap dengan berbagai penampakan menyeramkan.
Sebelum dipugar, tempat ini terkenal dengan kesan mistis. Dari dalam gedung aroma yang tercium bau pesing, debu tebal bahkan tunawisma ada di pojok-pojok ruangan. Usai dibenahi yang selesai pada 2011 silam, Lawang Sewu tidak hanya menyuguhkan keindahan bernuansa vintage, tapi juga wisata sejarah yang cocok dikunjungi oleh seluruh keluarga.
Sebelum pandemi, pengunjung bisa menikmati kemegahan arsitektur klasik Lawang Sewu dari pagi hingga malam hari atau dari pukul 07.00-21.00 WIB.
Gedung Lawang Sewu juga dapat disewa untuk kegiatan pameran, ruang pertemuan, pemotretan, shooting, pesta pernikahan, festival, bazar, pentas seni, workshop, dan lain-lain.
Saat ini, segala macam penyewaan dan aktivitas kegiatan mengikuti aturan yang ada. Begitupun jam operasional yang dibatasi dari pukul 08.00-17.00 WIB saja.
Untuk menjelajah Lawang Sewu, pengunjung dikenakan biaya masuk Rp 10.000 untuk dewasa dan Rp 5.000 untuk anak-anak dan pelajar. Tiket juga bisa dipesan secara daring melalui Link Aja, OVO atau eksklusif di Blibli. Jika ingin tahu banyak tentang seluk beluk gedung bisa menggunakan jasa pemandu.
Dalam sejarahnya, Lawang Sewu dulu disebut dengan Het Hoofdkantoor van de Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatscappij, dibangun pada 27 Februari 1904.
Lawang Sewu adalah gedung bersejarah milik PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang awalnya digunakan sebagai Kantor Pusat perusahaan kereta api swasta Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NISM). Gedung Lawang Sewu dibangun secara bertahap. Bangunan utama dimulai pada 27 Februari 1904 dan selesai pada Juli 1907. Sementara bangunan tambahan dibangun sekitar tahun 1916 dan selesai tahun 1918.
Bangunan Lawang Sewu dirancang oleh Arsitek Belanda : Cosman Citroen dari Firma arsitektur Jakob F Klinkhamer dan BJ Quendag, Amsterdam dengan ciri dominan berupa elemen lengkung dan sederhana. Bangunan didesain menyerupai huruf L serta memiliki jumlah jendela dan pintu yang banyak sebagai sistem sirkulasi udara. Karena jumlah pintunya yang banyak maka masyarakat menamainya dengan Lawang Sewu yang berarti seribu pintu.
Selain desain bangunan yang unik, Lawang Sewu memiliki ornamen kaca patri pabrikan Johannes Lourens Schouten. Kaca patri tersebut bercerita tentang kemakmuran dan keindahan Jawa, kekuasaan Belanda atas Semarang dan Batavia, kota maritim serta kejayaan kereta api.
Ragam hias lainnya pada Lawang Sewu antara lain ornamen tembikar pada bidang lengkung di atas balkon, kubah kecil di puncak menara air yang dilapisi tembaga, dan puncak menara dengan hiasan perunggu.(sp)