8 October 2024
Home / Figure / Sisingamangaraja Sites (S2): Pelanggan Harus Merasa Nyaman

Sisingamangaraja Sites (S2): Pelanggan Harus Merasa Nyaman

Michael Rahardjo

Sisingamangaraja Sites (S2) sejak lama seakan menjadi salah satu ikon kuliner di Semarang, khususnya di daerah Candi. Berdiri sejak 19 Juli 2008, S2 sampai kini tetap eksis melayani konsumennya.

Ruang ruang santap yang dibangun artistik serta adanya arcade di tengah bangunan yang juga sebagai tempat makan di area terbuka, menjadi daya tarik bagi para pengunjung. Apalagi jika malam, pendar lampu menambah keindahan gedung dan area terbuka S2 tersebut.

Tak heran pengunjung yang datang, biasanya juga tak hanya sekali datang. Mereka berkeinginan untuk mengulangi berkunjung kembali, bahkan kemudian menjadi pelanggan. Suasana nyaman inilah yang mereka cari.

“Memang sudah seharusnya pelanggan dibuat merasa nyaman”, kata pemilik S2, Michael Rahardjo kepada Tim Padmanews, baru baru ini di restorannya Jalan Sisingamangaraja No 19C Semarang.

Dengan upaya menyediakan kenyamanan, pengunjung mudah untuk kembali lagi menikmati suasana di S2. “Bahkan ada lho pelanggan yang hampir setiap hari datang. Bahkan stay pun dia berjam-jam. Dia meeting di S2, dan seperti menganggap tempat ini sebagai kantornya”, tambah pria kelahiran 1984 ini.

Tentu kepada pelanggan seperti ini, Michael tak segan untuk memberikan pelayanan khusus, misal memberikan komplimen, dan berupaya menyediakan apa pun kebutuhannya.

Pelayanan pelanggan dipadu dengan desain restoran yang
menarik menghadirkan impresi mendalam.
Tampak depan restoran S2 Semarang

Diakuinya soal harga, S2 memang pada kisaran middle high. Namun ketika pelayanan kepada pelanggan optimal, dan pelanggan juga merasa nyaman, dia yakin para pelanggan itu akan balik lagi menikmati suasana dan makanan di S2.

Menurutnya, komunikasi antara pemilik restoran dengan pelanggan juga menjadi faktor penting keloyalan pelanggan. “Kita temui dan bicara barang lima menit saja rasanya sudah beda. Bahkan ada pelanggan yang kenal terus telepon, saya di S2 nih, kamu dimana? Mereka ingin bertemu dan ngobrol dengan kami”, tuturnya.

Persoalan SDM

Michael mengungkapkan dalam bisnis kuliner ini yang paling sulit adalah persoalan sumber daya manusia (SDM). Ini karena manajemen harus berhubungan dengan banyak orang. Di barisan depan ada security, lalu tim vallet, kemudian tim service, room dan kitchen, back office, gudang, accounting.

“Masuk keluarnya SDM yang terbesar biasanya di level bawah. Soalnya kebanyakan dari mereka masih muda-muda, dan biasanya punya alasan untuk mencari pengalaman. Yang masih pada bujangan itu biasanya mudah tergoda. Diiming-imingi temannya di tempat lain, terus pindah”, ucapnya.

Berbeda dengan yang sudah berkeluarga, lanjutnya, mereka biasanya kalau sudah bekerja dan merasa nyaman terus menjadi loyal. “Untung untuk tingkatan atas seperti juru masak atau chef itu tidak ada yang resign. Jadi kualitas masakan tetap terjaga”.

Dia menegaskan masakan di S2 memakai patokan dan timbangan, sehingga meskipun berbeda beda anggota tim chef yang masak, rasa tetap dalam standar. Dua restoran yang ada sekarang dengan masakan Jepang dan Chinese itu didukung oleh masing-masing 20 orang ahli masak.

Diakuinya, bisnis restoran memang agak susah, dan harus selalu dikontrol. “Barangkali dalam bekerja ada SDM kita yang kurang fokus, maka kehadiran kita di lokasi bikin suasana kerja beda, meskipun kita gak ngapa-ngapain. Jadi seolah-olah ada yang jagain. Seperti di sekolah, ada guru sama gak ada guru kan beda”, katanya sambil tertawa.

Diungkapkan dalam bisnis kuliner ini cost control sangat penting, karena jika tidak ujung-ujungnya harga pokok penjualan (HPP) bisa tinggi. “Misal saja ada yang tidak disiplin mengiris dan memasak daging buat sendiri, atau masak telur. Nah kalau sebulan kan jatuhnya juga besar”.

Jadi meskipun restoran ramai, kalau sampai HPP tinggi, bisa bisa merugi. Atau misal restoran ramai karena salah pricing, juga bisa merugi. “Oleh karena itu cost control ini sangat penting”, ucapnya.

Jadi kalau ada kenaikan dalam misal biaya bahan baku, operation cost di biaya karyawan, mulai harus dicek serta segera diatasi masalahnya.

Membesarkan Catering

Ke depan, Michael berniat untuk lebih membesarkan catering. Mengingat kapasitas area S2 juga memiliki keterbatasan jika dirinya hanya mengandalkan kehadiran pengunjung di restoran S2. “Itulah sebabnya ke depan kami berniat lebih meningkatkan catering, baik yang outside maupun ballroom yang kami miliki”.

Selain restoran, S2 juga dilengkapi dengan dua ballroom, di gedung dengan dua lantai. Selain itu manajemen juga memiliki MAC Ballroom di Jalan Majapahit No 168 Semarang.

Diakuinya catering memang punya problem ketika pemesanan berbarengan waktunya, terutama acara pernikahan pada waktu waktu yang sama. Misal di dua ballroom S2 ada acara, berbarengan dengan MAC Ballroom, maka tim harus dikelola sedemikian rupa sehingga bisa menangani semua aktivitas catering itu.

Untuk tahun 2022, Michael berkeinginan juga untuk membuka cabang di luar kota, khususnya di Surabaya. Ini tentu akan menambah cabang cabang yang sudah dimiliki di Jakarta. Dengan nama Seroeni, restoran itu ada di Plaza Senayan, Lippo Mall Puri, dan Aeon Mall Sentul.

Awal Berdiri

Di permulaan perbincangan, Michael mengisahkan, awalnya S2 dimulai dengan tiga restoran, yakni Jepang, Chinese, dan Western. Serta satu fitness center. Restoran yang pertama adalah Geisha, yang merupakan restoran modern Japanese. Makanannya adalah Japanese Food.

Restoran yang kedua adalah Fleur Bistro. Fleur menggambarkan kemewahan dan kelembutan yang berkelas. Fleur ini mengambil ide dasar dari bunga fleur yang berada di daerah Eropa.

Fleur merupakan restoran bertema klasik modern. Restoran ini menyajikan hidangan secara formal (fine dining). Pengolahan ruangnya dibagi menjadi tiga area dengan pola tempat dan dekorasi yang berbeda. Restoran ini menghadirkan masakan modern Prancis-Italia (western).

Restoran yang ketiga adalah Seroeni. Restoran ini memiliki konsep yang berbeda yaitu bertemakan oriental. Restoran ini merupakan restoran keluarga dengan makanan yang disajikan yakni masakan tradisional peranakan Cina-Melayu.

Seiring dengan berkembangnya waktu, kemudian masuk ke bisnis catering. Ketika permintaan acara pernikahan datang, maka lantai dua yang tadinya untuk fitness center diubah menjadi ballroom. Penambahan ballroom dilakukan lagi di lantai satunya, ketika restoran Western ditutup.

Pada akhirnya S2 di Jalan Sisingamangaraja fokus pada dua restoran, yakni masakan Chinese di Restoran Tiger Crane dan Jepang di Restoran Gyo. Buka mulai jam 11.00 hingga jam 22.00. “Namun pengunjung bisa cross, bisa pesan apa saja, dan bisa duduk di mana saja, karena ada pelanggan yang kalau ke sini pilihan makannya selalu menu yang sama”

Menurut Michael, pilihan menu dengan variasi yang banyak membuat pengunjung leluasa memilih. “Kami memang memberikan alternatif menu dari yang paling murah sampai yang mahal”, tambahnya.

Pilihan menu dengan variasi yang banyak membuat pengunjung leluasa memilih.

Selama pandemi, S2 justru menggunakan kesempatan untuk merenovasi gedung restoran Jepang. Hanya saja kitchen tetap buka, sehingga meski gedung sedang diperbaiki, konsumen tetap bisa memesan menu masakan Jepang. “Memang menunya kami simpelkan, karena memang situasinya mengharuskan kita efisien”, tuturnya.

Kini setelah situasi pandemi mereda, kunjungan pelanggan semakin meningkat. Begitu juga penggunaan ballroom dan tentu saja pemesanan catering juga bertambah.(bp)