Seiring dengan maraknya penghobi sepeda di masa pandemi Covid-19 ini, komunitas sepeda kian tumbuh berkembang. Menjamurnya komunitas sepeda diawali dengan adanya keinginan dari penghobi agar tetap bugar dan sehat.
Maraknya komunitas ini bisa dilihat terutama di akhir pekan mulai Jumat sore hingga Minggu. Di beberapa titik area seperti kawasan Kota Lama, Simpanglima Semarang dan beberapa tempat wisata seperti Sam Poo Kong, Pantai Marina hingga Brown Canyon di Tembalang menjadi lokasi favorit para penghobi sepeda ini.
Maraknya aktifitas Bike2Work atau bersepeda ke kantor juga berperan terhadap munculnya komunitas pesepeda dalam naungan tempat kerja yang sama. Kegiatan bersepeda di komunitas tempat kerja ini juga bermanfaat mempererat kerja sama dan solidaritas di tempat kerja.
Salah satu komunitas penghobi sepeda yang baru dibentuk adalah Djarum Gowes Community (DGC). Komunitas ini beranggotakan karyawan Djarum di kantor Semarang. DGS yang diketuai oleh Budi Ismoyo ini dibentuk pada 15 Maret 2020.
Meski baru dibentuk, anggota dari komunitas sepeda ini sudah mencapai 39 orang. Jumlah ini diperkirakan terus bertambah seiring dengan makin banyaknya karyawan yang hobi sepeda.
”Semua karyawan boleh masuk komunitas ini, baik yang punya sepeda MTB, minion atau sepeda lipat,” kata Budi Ismoyo ditemui di kantornya, beberapa waktu lalu.
Terbentuknya komunitas olahraga sepeda ini juga semakin memperkaya komunitas olahraga yang sudah ada sebelumnya di perusahaan tersebut. Dimulai dari tiap Selasa ada olahraga bersama khusus penggemar bulu tangkis, kemudian Rabu untuk penggemar olah raga lari dan Kamis bagi penggemar sepeda.
”Bagi karyawan yang sudah ikut bulu tangkis atau lari juga dipersilakan bergabung dengan komunitas sepeda,” tambah Budi.
Sebenarnya, lanjut pria yang akrab disapa Buis ini, penggemar sepeda di kalangan karyawan Djarum ini sudah cukup lama, tetapi belum membentuk komunitas. Hanya beberapa orang yang sering sepedaan bersama. ”Namun pandemi corona mengubah semuanya. Termasuk kebiasaan masyarakat yang kini gemar bersepeda, maka terbentuklah komunitas ini karena makin banyak karyawan yang hobi bersepeda,” jelasnya.
Para anggota DGC rutin gowes bersama setiap Kamis sore selepas jam kerja shift pagi pada pukul 16.30 Wib. Peserta biasanya sudah mempersiapkan sepeda hingga atribut lainnya seperti helm, kaos tangan, masker dan perlengkapan gowes lainnya.
”Untuk rute karena beberapa anggota baru memulai hobi sepeda maka tidak jauh-jauh dan bertahap. Misalnya dari kantor Djarum Semarang, Jl MT Haryono, Kota Lama, Tugu Muda dan kembali ke kantor,” paparnya.
Budi menambahkan, jarak yang ditempuh ini akan terus bertahap ditambah sesuai kemampuan fisik para anggota. Bahkan, rencananya komunitas ini akan melakukan launching pada 18 Juni 2020 lalu di Air Terjun Gonoharjo, Boja, Kendal. Namun, karena kondisi pandemi Corona belum mereda sehingga rencana tersebut ditunda.
”Untuk launching pasti akan dilakukan sambil menunggu waktu yang tepat,” paparnya.
Mengenai banyaknya kritik kepada pesepeda terkait kurang patuhnya pada aturan lalu lintas di jalan raya, Budi Ismoyo menegaskan setiap kali sebelum melakukan touring atau perjalanan, seluruh anggota komunitas diberi bekal atau arahan ”tata krama” bersepeda. Anggota komunitas juga diwajibkan untuk mengutamakan soal keselamatan bersepeda. Salah satunya wajib memakai helm.
Saat bersepeda bersama, peserta tidak boleh berjejer dua atau lebih hingga memakan badan jalan. Menaati rambu lalu lintas juga menjadi hal yang wajib dipatuhi.
Ia memaparkan, setiap perjalanan touring selalu ada yang menjadi road captain. Pemegang jabatan ini harus memiliki skill yang paling baik, mengetahui rute perjalanan, dan berpengalaman dalam touring. Road captain ditempatkan pada posisi paling depan barisan rombongan.
Kemudian ada yang menjadi sweeper, dan posisinya ada paling belakang. Tugasnya merapikan barisan, menjaga biker anggota touring, memastikan tidak ada yang tertinggal. “Sweeper juga harus berpengalaman touring dan juga mengetahui medan yang menjadi rute touring,” ujar Budi yang juga sering bertugas menjadi sweeper ini.
Selain itu, tandas Budi, meski berombongan dan banyak temannya, anggota komunitas tidak boleh arogan. “Kita semua memiliki hak yang sama di jalan. Jadi jangan sampai merugikan pengguna jalan lain,” ujar dia.
Teknik bersepeda yang benar pun selalu diedukasi ke para anggota. Diawali dengan menempatkan tangan pada handgrip setang sepeda secara benar. Dilanjutkan dengan mengatur posisi duduk dan meletakkan kaki pada pedal. Tujuannya tentu saja agar bisa lebih efektif mengayuh pedal, sepeda tidak keluar jalur, menjaga keseimbangan, serta memudahkan pengereman.
Menurut Budi yang memang pehobi berat sepeda ini, mengayuh sepeda yang efektif juga ada kiatnya tidak asal genjot. Caranya dengan menyetel tinggi sadel, agar pesepeda mendapatkan posisi telapak kaki pada pedal lurus seperti jam menunjuk pukul 6.
Budi juga memberikan tips bagaimana bersepeda di tanjakan. Setiap kali melalui jalan menanjak, oper kecepatan/gigi sepeda pada posisi yang lebih ringan agar tidak terlalu berat saat mengayuh di tanjakan.
”Usahakan mengoper gigi sebelum mulai menanjak karena ketika ditengah tanjakan kita mengoper gigi akan lebih sulit dan bisa mengakibatkan slip rantai karena pengoperannya belum pas namun sudah digowes.”
Kemudian kayuh sepeda secara konstan, tidak perlu terlalu cepat karena akan menghabiskan energi pada saat menanjak. Selain itu, posisi badan condong ke depan, tujuannya agar beban ke belakang tidak terlalu berat dan ban depan sepeda tidak terangkat/jumping.
”Atur nafas secara teratur, pengambilan nafas saat bersepeda di tanjakan berpengaruh terhadap kekuatan kita saat gowes nanjak. Jangan terlalu banyak mengambil ritme nafas karena akan terasa lebih melelahkan, ambil nafas secara konstan agar tidak terengah-engah,” jelasnya.
Budi kembali menegaskan bahwa, tujuan komunitas ini utamanya adalah untuk merekatkan tali persaudaraan antarkaryawan. Oleh karena itu, dalam bersepeda tidak perlu ngoyo atau bersaing baik dalam kecepatan maupun lainnya. ”Yang penting bisa kumpul, guyub dan sehat,” tegasnya. (ari)