Memasuki kawasan Djarum Oasis Kretek Factory, kesan pertama seakan kita tidak sedang berada di wilayah sebuah pabrik. Adanya jalan masuk yang hijau dan dipenuhi deretan pohon, taman hijau yang luas dan indah di sekitar pabrik, justru sepertinya kita sedang ada di taman wisata. Monumen besar setinggi 23 meter berupa rokok kretek yang mengepulkan asap karya perupa Yusra Martunus (kelompok Jendela – Jogja) menyambut kita. Monumen ini menggambarkan keuletan, ketangguhan, dan kualitas kelas dunia.
Begitu masuk lebih ke dalam di area seluas 82 hektare ini sejauh mata kita memandang berderet bangunan-bangunan pabrik. Yang menarik pada beberapa bangunan ini mesin-mesin, instalasi, dan juga ruang terekspose dari luar. Sehingga bangunan pabrik itu justru mirip instalasi seni. Hal lain yang terasa adalah: kebersihan terjaga dan pabrik dengan konsep green
Kawasan pabrik milik PR Djarum di wilayah Gondangmanis, Kudus ini memang mengkhususkan untuk memproduksi sigaret kretek mesin (SKM). Berbeda dengan sigaret kretek tangan (SKT) yang mengandalkan tenaga kerja, di Oasis memang lebih ke automatisasi atau digitalisasi proses produksi.
Menurut General Manager Production Engineering Ignatius Iswanto Santoso, bagi PT Djarum, Oasis Kretek Factory ini merupakan back up plan dari pabrik lama, sekaligus untuk menambah kapasitas produksi. “Sementara secara spirit, ini adalah spirit kemajuan, continuous improvement, perbaikan yang berkelanjutan dan langgeng”, tuturnya kepada Tim Padmanews, di kantornya, baru baru ini.
Dijelaskannya, Djarum Oasis direncanakan mulai tahun 2004, kemudian tahun 2008 mulai dibangun, dan tahun 2013 di-launching. Konsep design pabrik Djarum Oasis diambil dari buku Quality or Die karangan Rene T Domingo yang ternyata sejalan dengan konsep Industry 4.0 yang diperkenalkan oleh Jerman pada tahun 2011 yang sama sama menjawab perubahan tuntutan konsumen, yang perilakunya berubah sejak masyarakat banyak menggunakan smartdevice (tablet/Smartphone) atau terjadi digitalisasi di masyarakat, dimana karakter digitalisasi adalah transparansi, menghilangkan batasan ruang dan waktu. Dan dalam buku Quality or Die, produsen harus fokus menjawab tuntutan pabrik masa depan yaitu 5 Very, yakni Very Fast, Lean, Flexible, Error Free, dan Green, yang juga menjadi tuntutan konsumen. 5 Very tersebut akan menjadi area dasar yang secara terus menerus harus di-improve.
Iswanto menyebutkan, peran production engineering adalah menerjemahkan keinginan owner dan user menjadi sarana dan prasarana produksi. Oleh karena itu diperlukan wawasan pengembangan mesin dan teknologi, khususnya di industri rokok dunia, selain tentu saja pengalaman produksi internal Djarum sendiri.
“Sebenarnya digitalisasi atau automatisasi sudah menjadi keinginan setiap insan produksi di pabrik. Hal ini terus berlangsung sepanjang melakukan perbaikan proses produksi yang berkelanjutan”, ucapnya.
Menurutnya, dalam proses produksi banyak sekali variability-nya. Supaya automatisasi bisa dilakukan, variability tersebut harus dikonstantakan.
Kesulitan terbesar sebenarnya adalah personel yang merasa terancam dengan perubahan ini, padahal sebenarnya pada setiap perubahan juga selalu ada kesempatan atau peluang baru agar setiap personel terus berkembang dan beradaptasi.
“Dalam kondisi ini memang orang akan mengkhawatirkan pekerjaannya, padahal ketika mereka sudah mampu ikut berperan dalam perubahan yang berkelanjutan, pengalamannya akan sangat berharga di dalam hidupnya danitulah sebenarnya tugas utama setiap insan produksi”, tambahnya.
Iswanto tetap setuju bahwa manusia adalah aset terbesar di perusahaan, sehingga yang harus ditentukan saat perekrutan adalah kecocokan budaya, dan budaya kita adalah semangat kemajuan yang tidak pernah habis. Selain itu cara berpikirnya juga harus disesuaikan dengan perubahan tuntutan, misal di era 90 an tuntutannya adalah every one is markerter, maksudnya adalah agar setiap orang di proses berikutnya di dalam pabrik adalah customer agar selalu dilayani dengan baik.
Sementara di era Industry 4.0 cara berpikirnya menuntut semua berpikir seperti intreupreneur artinya end to end proccess atau berpikir supply chain, bahwa perlu sinergi antar proses dan menyadari keterkaitan setiap proses yang ada.
Menurut pendapat pribadinya, perlu lagi tambahan kemampuan SDM masa depan, yaitu kemampuan coding. Bukan berarti semua dituntut bisa programing komputer, tetapi paling tidak paham bahwa sekarang semua peralatan bisa diprogram, atau bahkan level teknologi digital saat ini sudah sampai pada AI (artificial intelligence), dan orang yang paham bahwa peralatan sekarang mampu belajar, maka cara berpikir kita di pekerjaan akan berbeda, hampir semua bisa dilakukan tanpa impossible. Jadi orang yang mampu coding biasanya tak pernah menyerah dengan masalah. Semua masalah selalu ada solusinya, semua bisa “diakalin”.
Supaya Transparan
Lebih jauh Iswanto menjelaskan, digitalisasi menjadikan sistem kerja menjadi transparan, tidak ada lagi batasan ruang dan waktu. Dan sebenarnya tugas seluruh karyawan adalah mengontrol sesuai tanggung jawabnya, dan saat ini itu dimudahkan dengan adanya transparansi tadi. Yang jadi pertanyaan kemudian transparansi ini mau dimanfaatkan untuk apa, nah disinilah diperlukan kreativitas orang untuk memanfaatkan teknologi digital.
Contoh kita punya GPS tracker, tapi kalau tidak dimanfaatkan juga tidak ada gunanya. Padahal bagi pemilik usaha apa pun yangterkait kepada keterlacakan pergerakan transportasi angkutan, dengan digitalisasi ini bisa kita track semuanya, makin transparan makin baik.
Setiap fungsi pekerja adalah mengontrol pada level tertentu di organisasi. Arti mengontrol adalah mengendalikan agar eksekusi sesuai dengan planning (plan vs actual), semakin transparan sebuah sistem menuntut perencanaan yang semakin detail. Oleh sebab itu kita di Djarum punya semboyan Beter Visibility, terjadi Better Planning dan harapannya Better Control ketika dieksekusi.
Di era digital ini dari perencanaan saja sudah bisa disimulasikan apa yang akan terjadi, sehingga bila terlihat akan terjadi hal yang kurang baik dari sebuah planning, maka planning bisa segera diperbaiki sampai hasil yang optimal. Dengan bantuan peralatan digital, eksekusinya bisa dengan mudah dikendalikan secara real time, dan dengan pengendalian real time ini akan diperoleh kesalahan yang sangat minim, karena tuntutan real time control adalah fast action ketika terjadi error. Dengan demikan keberhasilan kerja menjadi lebih mudah berhasil.
Intinya diharapkan kontrol pekerjaan bisa baik, sampai konsumen pun bisa ikut mengontrol. Sekarang layanan jasa kirim bisa ditracking sudah sampai mana, jual susu bisa saja konsumen menanyakan kapan susu diperah atau sapinya makan apa.
Dalam produksi di pabrik, dengan digitalisasi menjadikan kualitas produk sangat baik, lini waktu semakin tepat, cost juga menjadi murah. “Jadi kalau pabrik melakukan digitalisasi, seluruh proses produksi dari A sampai Z itu seperti ada konduktornya seperti dalam orchestra dan orchestra itu harus real time conductor lho”.
Kalau tidak ada digitalisasi, maka masing-masing bagian seperti kerja sendiri sendiri, karena keterbatasan ruang dan waktu, dan akan diperlukan hirarki organisasi yang besar untuk melakukan koordinasi. Dengan kerja digital, semua terawasi dan terekam, semua terlacak. Antarmesin sudah saling berkoordinasi sendiri. Dengan demikian digitalisasi dalam sebuah proses pabrik manfaatnya jelas, akan dicapai the best quality, the best cost, dan the best delivery.
Jadi meskipun sebuah pabrik memiliki alat-alat yang canggih, kalau tidak dirangkai secara digital juga tidak akan terjadi apa apa. Dalam digitalisasi ini pengawasannya menyeluruh, sehingga unit AC, unit Boiler bagaimana bisa masuk production plan.
Dalam teori supply chain, pengawasan selalu dalam rangkaian. Jika tidak, bisa banyak kendala, karena problem di satu kotak proses produksi itu yang menyelesaikan kotak yang lain (constrain Theory).
Orang bagian produksi harus mengonstantakan variabel, yang mana untuk itu diperlukan permesinan. Dan hal ini sesuatu yang tidak bisa dihindari. “Kita kan bersaing dengan pabrik lain yang juga harus efisien dalam produksi”.
Jadi tidak bisa kalau dikatakan penggunaan mesin berlawanan dengan penyerapan tenaga kerja. Penggunaan robot, menurutnya, seharusnya tidak menggantikan manusia dengan mesin. Justru malah memanusiakan manusia.
Faktanya pekerjaan manusia yang tidak manusiawi bisa digantikan robot, dan manusianya mengerjakan pekerjaan yang lebih manusiawi. “Menurut saya dengan memakai mesin, pekerjaan tidak hilang, jobnya saja yang berubah. Kebutuhan kompetensi yang baru ini memang harus dimanage transisinya”, katanya.
Oleh karena itu penting bagi seseorang untuk memiliki kompetensi di era modern sekarang ini. Dalam proses digitalisasi ini, orang IT sangat diperlukan. Sebab tanpa mereka digitalisasi tidak bisa dijalankan.
“PT Djarum melalui Djarum Foundation sudah menyiapkan anak-anak karyawan untuk belajar di sekolah vokasi binaan Djarum, yang sekarang sudah mencapai 16 sekolah vokasi. Ini untuk mempersiapkan SDM generasi berikutnya agar mampu mengantisipasi perubahan jaman, yang mengarah ke digitalisasi di segala bidang”, tuturnya.
DNA Djarum
Atas perannya dalam proses digitalisasi ini, Iswanto dengan merendah mengatakan bahwa semua ini hasil kerja tim. “Tak ada satu orang yang menguasai keseluruhan proses dari A ke Z. Manajemen men-set up kerja tim yang hebat”, katanya.
Yang lebih luar biasa lagi, tambahnya, setiap orang dalam tim ini memiliki DNA Djarum. “Memiliki komitmen tinggi terhadap Djarum, tidak mudah dibajak perusahaan lain”.
Iswanto mengisahkan masuk pertama kali di Djarum sebagai programmer, di bagian komputer pada tahun 1989. Pada saat orientasi kerja, manajer EDP Benny Taentang memintanya mengambil data dari mesin (Data acquisition). “Mesin-mesin Djarum waktu itu sudah mulai pakai komputer dan ada hasil samping berupa data. Nah Pak Benny ini mikirnya sudah ke masa depan, bagaimana memasukkan data itu ke komputer mainframe”.
Selesai orientasi, Iswanto meminta pindah ke bagian produksi. Alasannya sama dengan kesukaannya yang selalu bongkar bongkar mainan sejak kecil. “Di bagian produksi, mainannya lebih banyak hahaha….”.
Benny juga mengijinkannya, bahkan menganggap Iswanto akan sangat membantu jika Benny butuh data dari bagian produksi. Maka mulailah Iswanto bekerja sebagai teknisi, membetulkan mesin rusak, juga merawat mesin.
Latar belakang sebagai programmer membuat Iswanto mengusulkan modernisasi mesin-mesin lama dengan sistem pengawasan memakai komputer. Menurutnya, dengan sistem itu, pengambilan data lebih mudah, kalau ada kerusakan lebih mudah melacak, spare part juga lebih gampang didapat. Usulan itu pun disetujui manajemen.
Iswanto kemudian mendidik para teknisi pengetahuan tentang komputer. “Saya termasuk orang coding, sehingga bagi saya tidak ada masalah yang tidak bisa dipecahkan”. Dia berinisiatif sendiri mengajari para teknisi itu. Karirnya kemudian berlanjut, dari teknisi bagian elektro, kemudian kepala bagian maintenance elektro.
Dia tak hanya diam di dalam kotaknya, tetapi juga masuk ke kotak kotak bagian lain, bagian mekanik, pembukuan, administrasi pembelian, dan lain lain. “Bukan karena ambisi, tetapi karena rasa ingin tahu, pabrik segini besarnya itu yang diurusi apa saja”, tuturnya.
Dia kemudian diminta menjadi kepala bidang maintenance elektro dan mekanik, dan naik terus menjadi manajer produksi SKM “Wah waktu jadi manajer saya malah stres. Lha gak bisa mainan lagi di lapangan”, katanya sambil tertawa, tetapi faktanya sekarang tetap bermain dan diberi mainan yang lebih besar.
Baginya bekerja di Djarum seperti tak pernah selesai pekerjaan, selalu saja ada tantangan baru. Apalagi pekerjaannya dianggapnya sebagai ruang bermain. “Saya sangat excited dengan setiap tantangan baru. Dan selama bekerja saya tak pernah berpikir akan digaji berapa. Nyatanya saya dihargai sangat baik oleh perusahaan. Tahunya ya setelah saya bertemudengan teman teman di luar Djarum”, ucapnya, dan di perusahaan ini serasa sekolah di universitas kehidupan, saya benar benar merasa from zero to hero.
Dia kemudian juga terlibat dalam berbagai proyek milik grup Djarum, di antaranya proyek Terminal Batu Bara, Proyek Pabrik Sawit, Proyek Pabrik Gula, membantu proyek Cash Processing Centre BCA di Alam Sutera dan juga pengembangan anak perusahaan di bidang food and baverage, Savoria, GDA dll.
Go Green
Selain wawancara, Iswanto juga mengajak Tim Padmanews untuk visit pabrik-pabrik di kawasan Oasis. Pabrik yang didesain modern seperti yang tertulis di awal memang benar-benar bersih di setiap sudut dan bagiannya. Kemampuan automatisasi juga meningkatkan kapasitas produksinya.
Di salah satu gedung pabrik terdapat mesin-mesin pembuat rokok yang modern. Terdapat puluhan unit mesin pelinting rokok otomatis berteknologi mutakhir dan beroperasi 24 jam. Setiap mesin mampu memproduksi 16.000 batang rokok per menit dengan kualitas terbaik.
Kawasan Oasis selain hijau karena diliputi tanaman, taman dan juga kolam, sesungguhnya juga menerapkan kebijakan go green. “Green ini pengejawantahannya adalah sustainable, kesinambungannya terjamin”, tuturnya.
Misal, bikin pabrik yang kebutuhan airnya banyak, lalu pakai air tanah dan bikin sumur banyak. Tidak memikirkan penggunaan air yang bisa didaur ulang. Jika kemudian daya dukung lingkungan menipis dan air tanah habis, bisa saja pabriknya mati.
Itulah sebabnya di Oasis dibangun danau yang menampung air. Danau seluas 2 ha dengan kedalaman 8 meter itu memiliki kapasitas 150 ribu m3, dan dilengkapi pengolahan air bersihnya”, tambahnya. Adanya danau ini diharapkan nantinya Oasis akan zero penggunaan air tanah.
Djarum juga memikirkan soal konservasi energi, dengan mengupayakan pemakaian biomass, tenaga matahari (solar panel), dan tenaga angin. Solar panel dipakai di kantor-kantor Djarum, paralel dengan PLN (on grid). Dan jangan lupa, Djarum juga memiliki Pusat Pembibitan Tanaman, yang menjadi pemasok berbagai macam pohon dalam berbagai program penghijauan Djarum. (bp)