8 October 2024
Home / Our Guest / Semua Bakal Berbau Digital

Semua Bakal Berbau Digital

Perkembangan kemajuan teknologi yang sangat pesat membuat perusahaan-perusahaan harus selalu melakukan perubahan untuk mengikutinya. Telkom menjadi salah satu perusahaan yang terus melakukan perubahan ini.

Dahulu menggunakan arahan bisnis telecommunication, information, media, edutainment, and services (TIMES), Telkom kemudian melakukan perubahan mendasar. Arah bisnis Telkom kini didasarkan pada tiga pilar, yakni digital platform, digital connectivity, dan digital services.

“Karena arahnya semua bakal berbau digital, maka sumber daya manusia juga harus diubah, pada sisi kompetisi, skill, maupun mindsetnya. Karena mindset orang yang digital dengan yang tidak digital itu berbeda,” kata Executive Vice President Telkom Regional IV Djatmiko kepada tim Padmanews, di kantornya Jalan Pahlawan 10 Semarang, baru baru ini.

Miko, panggilan akrabnya, menjelaskan target tahun ini adalah memiliki 1000 digital talent. Oleh karena itu program pelatihan disiapkan yang berbau digital. Di internal Telkom ada Amoeba Management, yang merupakan wadah virtual yang bertugas memanage berbagai hack idea.

“Kita membiasakan teman-teman untuk selalu memiliki inovasi digital. Jika terbiasa dengan inovasi yang digital, maka mindset akan bergeser sehingga siap menghadapi perubahan digital,” kata penggemar golf ini.

Kemudian juga ada program digital innovation lounge (DILo), yang mengumpulkan ide-ide kreatif dari para start up digital. Telkom punya event tahunan Indigo, lomba start up yang kemudian dipilih 10 terbaik dan didanai.

“Mereka kemudian dimasukkan ke inkubator yang disebut sebagai digital valley yang ada di Jogja,” jelasnya. Telkom memiliki tiga tempat, selain Jogja, ada di Makassar dan Bandung. “Setelah ide digital mereka digodok dan dikembangkan, lalu diaplikasikan sampai bisa dijual ke konsumen”.

Infrastruktur

Penyiapan SDM ini seiring dengan pembangunan infrastruktur yang terus dilakukan Telkom untuk melayani pelanggan. Apalagi situasi pandemi Covid-19 ini memaksa banyak pihak dan banyak aktivitas secara online. “Kalau kebutuhan meningkat, infrastruktur juga harus meningkat. Ini akan jadi tantangan ke depan,” tuturnya.

Miko menyebutkan, dalam kondisi normal “jalan” telekomunikasi sudah cukup lebar. Tetapi ketika terjadi Covid-19, akses ke titik server zoom misalnya, naik luar biasa. “Permisalannya seperti tol Semarang Solo, yang dalam kondisi sekarang lancar dan cuma butuh satu jam. Namun begitu Idul Fitri, macet”.

Secara teori tol cukup lebar, tetapi gerbang zoom ya cuma sebatas itu. Itulah sebabnya pihaknya mengharapkan Pemerintah membuat kebijakan yang meminta agar seperti zoom dan Netflix bisa menempatkan servernya di Indonesia. “Kemandirian data kita jadi lebih kuat. Traffic access kita tidak perlu ke luar negeri,” katanya sambil menambahkan, sekarang ini server ada di Singapura sehingga gerbang ke arah Singapura padat.

Di masa mendatang akan ada content delivery network (CDN). Jika satu CDN ditaruh di Jakarta, bisa mirroring ke Jawa Tengah. Di sini bisa ditempatkan satu di Semarang dan satu di Jogja. “Latensi akan meningkat. Selain itu tidak membebani traffic ke Jakarta, karena cukup lokal saja. Security data terjaga karena tidak perlu ke luar negeri,” jelasnya. Latensi adalah waktu yang dibutuhkan data dari asal sampai tujuan dengan diukur dalam satuan mili detik.

Berkaitan dengan peningkatan kemampuan infrastruktur, Telkom terus mengganti jaringan kabel tembaga dengan serat optik. “Wilayah Joglosemar ditarget selesai pada 2021, sehingga seluruh pelanggan biasa menikmati layanan fiber optic,” katanya.

Miko menyebutkan, untuk wilayah Jateng dan DIY, hampir 100 persen dicover Telkom, meski masih ada beberapa area yang belum dicover dengan fiber to the home (FTTH). “Sekitar 7 persen belum memang, tetapi itu pun tertutupi oleh coverage anak perusahaan, seperti Telkomsel atau Metrasat. Ada beberapa desa termasuk di Pekalongan kita penuhi kebutuhan learning from home (LFH) dengan teknologi visat dengan produknya mangoesky”.

Selain Indihome yang sudah dikenal masyarakat sebagai produk triple play, Telkomsel sebagai anak perusahaan, juga mengembangkan produk Orbit sebagai produk komplementer bagi pelanggan yang belum terjangkau FTTH Indihome. “Ini pakai pemancar, modem, WiFi dengan teknologi seluler”.

Miko menjelaskan, ke depan akan dikembangkan neuCentrIX. Ini adalah data center yang terkoneksi dengan network Telkom maupun operator lain baik domestik maupun global. “Misal ada perusahaan yang pasang neuCentrIX dan meminta jalan utama disediakan Telkom, tetapi back up pakai ESPA atau ESPB, ini boleh boleh saja”.

Dia meyakini neuCentrIX akan menjadi produk unggulan. Apalagi Telkom sudah ada pengembangan EAAS (everything as a service), sehingga platform, software, dan infrastruktur selalu as a service.

Produk ini, tambahnya, termasuk layanan yang butuh respon yang cukup tinggi, misal big data. Dibutuhkan latensi yang tinggi pula. Jika nanti produk artificial intelligence masuk Indonesia, kita butuh layanan layanan yang punya latensi tinggi. “Oleh karena itu data center sebagai penempatan CDN dan neuCentrIX menjadi infrastruktur yang wajib,” ucapnya.

Jika investor nantinya masuk Indonesia, tentu dengan harapan kualitas internet kita seperti yang mereka harapkan. Tentu saja menuntut latensi yang qualified. “Misal smart car butuh latensi tinggi. Sebab pada saat diperintahkan belok dan network kita terlambat mengirimkan pesan itu, bisa bisa mobil menabrak tiang di pinggir jalan”.

Suasana keakraban di kantor

Keluhan Pelanggan

Sementara itu, berkaitan dengan keluhan pelanggan terhadap layanan Telkom, Miko menganggapnya sebagai journey Telkom dalam menggapai kepuasan pelanggan. “Ekspektasi pelanggan itu kan meningkat terus. Dulu kalau ada gangguan, lapor 147, diam di rumah, diperbaiki besoknya, pelanggan sudah puas. Namun adanya Covid-19 dengan orang bekerja dan belajar dari rumah, menjadi semacam akselerator perubahan selera, termasuk ekspektasi pelanggan tadi”.

Perbaikan satu hari selesai tadinya bisa diterima, tetapi sekarang satu hari tidak memuaskan dan terasa lama. “Bahkan lapor pagi, sore diperbaiki saja dirasa masih kurang,” tuturnya.

Oleh karenanya Telkom mengembangkan layanan myIndiHome, yang dengan channel ini pelanggan bisa melaporkan keluhan, dan juga bisa tahu progres penanganan keluhan sampai mana. “Bisa jadi petugas tidak harus ke rumah manakala yang putus adalah kabel di tengah jalan. Sementara pelanggan menunggu kok petugas tidak datang datang”.

Dengan myIndiHome ini pelanggan akan memperoleh info apa yang sedang dilakukan petugas di lokasi kabel terganggu. “Jadi mereka tahu bahwa petugas ternyata tidak harus datang ke rumah”. (bp)