Semarang Flowers Festival (SFF) 2022 berhasil menyita perhatian publik. Mengusung tema “Diversity of Semarang”, gelaran festival bunga yang baru kali pertama diadakan di Kota Semarang ini berlangsung sangat meriah dan dipadati ribuan pengunjung.
Iswar Aminuddin, Sekretaris Daerah (Setda) Kota Semarang membuka acara mewakili Plt Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu yang berhalangan hadir, di depan Balai Kota, Minggu sore (30/10).
“Hari ini kita menunjukkan salah satu perjuangan yang harus kita teruskan dari Bapak Hendrar Prihadi pada saat beliau masih menjabat sebagai wali kota Semarang. Mudah-mudahan apa yang kita lakukan pada sore hari ini bisa memberikan nuansa baru kembali, bahwa Kota Semarang adalah salah satu kota di Indonesia yang menjadi destinasi pariwisata,” ungkap Iswar dalam sambutannya.
Ia melanjutkan, pada 2019 dunia pariwisata di Kota Semarang menunjukkan geliatnya. Data statistik menyebutkan wisata Kota Lama Semarang menjadi tempat wisata pertama melampaui Candi Borobudur. Namun ketika 2020 dan 2021, pandemi Covid-19 datang meluluhlantakkan semua sendi-sendi kehidupan.
“Hari ini kita mencoba kembali untuk mengadakan suatu agenda, suatu atraksi untuk kembali membangkitkan semangat wisata di Kota Semarang. Bahwa untuk membangkitkan dunia pariwisata, ada tiga kunci yaitu akomodasi yang siap, aksesibilitas, dan atraksi. Mudah-mudahan atraksi ini mampu membangkitkan semangat dari tamu undangan dan seluruh masyarakat di Kota Semarang, bahwa kita bisa bersama-sama kembali menjayakan Kota Semarang, membawa Semarang ke tingkat dunia,” katanya.
Iswar mengapresiasi semua pihak dan masyarakat yang ikut berpartisipasi, sehingga SFF 2022 bisa berjalan sukses dan mampu mendongkrak Kota Semarang sebagai kota pariwisata. Iswar yakin wisata Kota Semarang mampu bangkit kembali seperti semula. Diharapkan, Kota Semarang ke depan bisa menjadi centerpoint perkembangan wisata di Jawa Tengah.
Harapan Menginternasional
Semarang Flowers Festival (SFF) 2022 melibatkan peserta dari BUMN, BUMD, dan berbagai perusahaan di Kota Semarang. Ada 21 kendaraan hias yang mengikuti festival ini. Sebelumnya mereka berjejer, kemudian berjalan berkeliling sesuai dengan rute yang sudah ditentukan. Iring-iringan dimulai dari depan Balai Kota Semarang Jalan Pemuda, lalu ke arah Tugu Muda, Jalan Pandanaran, dan berakhir di Lapangan Simpang Lima.
Mereka menghias kendaraan dengan warna-warni bunga segar sesuai dengan tema yang diangkat, yakni etnis, icon landmark Kota Semarang, kuliner, dan dolanan tradisional. Beragam hiburan seperti tarian, marching band, dan pertunjukan dari semua peserta juga menjadi daya tarik tersendiri.
Di antara atraksi-atraksimobil hias itu, salah satunya adalah mobil hias Graha Padma yang mengangkat tema landmark Kota Semarang, yaitu Sam Po Kong.
Sebuah tema yang ingin mengingatkan kepada masyarakat semua akan makna pembauran dan jaringan yang kukuh antaranak bangsa, pikiran warga yang terbuka, dan semangat kebhinekaan, serta gotong royong dan persatuan yang telah mengakar lama di Kota Semarang. Hal ini tentu juga selaras dengan Graha Padma sebagai kawasan hunian yang terus berkembang di Semarang Barat.
Nurwindhia Buntario, ketua panitia mobil hias Graha Padma mengatakan, sebagai perusahaan yang bergerak di bidang properti, Graha Padma mendukung setiap program yang dijalankan oleh pemerintah kota.
“Semarang Festival Flowers 2022 ini diinisiatori oleh Bapak Hendrar Prihadi pada waktu masih menjabat sebagai wali kota Semarang. Tentunya kami ikut nyengkuyung. Selain itu, kami juga punya andil dan berkewajiban moral untuk memelihara budaya nasional pada umumnya dan nguri-uri budaya daerah khususnya. Yang mana dalam SFF 2022 ini kebetulan juga merupakan SFF yang kali pertama diadakan di Kota Semarang. Ada beberapa tema yang diusung. Pertama etnik, di mana di Semarang itu warga masyarakatnya terdiri atas beberapa etnik/etnis. Dari etnis Jawa, etnis Melayu Arab, dan etnis China, yang semua itu merupakan kekayaan keragaman budaya yang patut kita syukuri dan harus dipelihara untuk terus menjadi satu,” urainya.
Selain itu, kata Nurwindhia, ada satu kekayaan yang ada di Kota Semarang, yaitu kekayaan landmark. Di mana Kota Semarang ada beberapa landmark yang bisa dijual kepada dunia, seperti Lawang Sewu, Gereja Blenduk, Kelenteng Sam Po Kong, dan Kota Lama.
“Nah ini yang perlu kita publikasikan kepada masyarakat agar pariwisata di Kota Semarag itu terus meningkat. Kemudian juga tema kuliner. Menjadi suatu ciri khas Kota Semarang jika setiap wisatawan berkunjung ke Kota Semarang pasti tidak lupa dengan yang namanya wisata kuliner. Banyak kuliner yang ada di Kota Semarang, di mana ini menjadi satu aset untuk menjadi kebanggaan jika itu dapat dipublikasikan melalui aset-aset kuliner tersebut. Juga dapat memberikan peluang untuk setiap masyarakat mengembangkan kuliner-kuliner yang ada, sehingga menciptakan lapangan kerja dan tentunya meningkatkan pariwisata Kota Semarang,” papar Nurwindhia.
Selain itu, lanjutnya, satu warisan budaya yang hampir hilang tergerus oleh zaman, yaitu dolanan tradisional bocah/anak.
“Zaman tahun 80-an ke belakang itu bermainnya kelereng, main egrang, main dakonan. Saat ini, dolanan-dolanan itu sudah mulai luntur. Nah ini pemerintah kota punya satu kerinduan agar permainan-permainan tradisional itu jangan sampai terlupakan. Karena itu, salah satu tema dolanan tradisional ini juga diangkat supaya mengingkatkan kembali kepada generasi-generasi sekarang yang sudah terbiasa dengan permainan elektronik, tekhnologi, digital. Mereka harus tahu jika dulu ada satu permainan yang juga mempersatukan setiap masyarakat yang ada dengan berbagai latar belakang yang ada. Dengan tujuan-tujuan tersebut, Graha Padama terbeban untuk bisa nyengkuyung mengembangkan, melestarikan budaya nasional pada umumnya dan budaya daerah di Kota Semarang pada khususnya,” bebernya.
Nurwindhia sekaligus menjelaskan tema landmark yang dipilih oleh Graha Padma. Menurutnya, tema tersebut diundi oleh panitia, supaya semua rata mendapatkan. Jangan sampai ada satu tema yang disingkirkan, ditinggalkan atau tidak diambil oleh salah satu peserta, sehingga diundi dan dibagi rata agar semua bisa mendapatkan tema yang bisa diangkat dan Graha Padma mendapatkan tema landmark.
“Nah, kenapa kita mengambilnya Kelenteng Sam Po Kong? Secara kalau ditarik teritorial atau lokalisasinya, Kelenteng Sam Po Kong ini ada di wilayah Semarang Barat, di mana bertepatan juga dengan lokasi perumahan Graha Padma di Semarang Barat. Masih dalam satu areal ini, Graha Padma memiliki satu potensi berdekatan dengan tempat pariwisata tersebut dan kami juga punya satu kerinduan mempersatukan budaya, yang boleh dibilang dari sejak nenek moyang, yaitu budaya China kuno. Budaya itu sudah diakui oleh pemerintah Indonesia menjadi salah satu kekayaan Indonesia, yaitu permainan barongsai. Karena itu, kita memilih Sam Po Kong, agar tidak bisa terlepas dari cerita atau sejarah Laksamana Cheng Ho,” urainya.
Graha Padma menampilkan semua itu dalam satu rangkaian. Selain iring-iringan ikon naga juga ada penampilan tari-tarian atau barongsai. Graha Padma memiliki kesempatan untuk bisa menunjukkan kepada masyarakat Kota Semarang bahwa inilah salah satu kekayaan budaya yang ada di Kota Semarang.
Untuk persiapan menghias atau mendekorasi mobil, Graha Padma membutuhkan waktu 1-2 minggu. Namun persiapan awal mulai dari ide, tema, dan melalui arahan-arahan yang diberikan oleh Disbudpar Kota Semarang hingga produksi menghabiskan waktu kurang lebih satu bulan.
Menurut Nurwindhia, ada arahan-arahan khusus dari Pemerintah Kota Semarang yang menghendaki agar kegiatan ini tidak asal-asalan. Artinya, hanya mobil dipajang lalu dijalankan atau asal jalan. Pemerintah Kota ingin memberikan persembahan atraksi festival bunga yang terbaik. Dengan demikian, ada nilai-nilai yang bisa diterima oleh masyarakat, terutama festival ini menjadi sesuatu hal yang baru. Menjadi potensi wisata dan sebuah penambahan ilmu pengetahuan dan pengenalan masyarakat Kota Semarang akan sebuah budaya.
Selain atraksi mobil hias, Graha Padma juga meramaikan agenda ini dengan menggelar lomba video dan foto dengan objek aksi mobil hias Graha Padma yang berada di lokasi event dan dikirim akun Instagram resmi Graha Padma.
Penilaian dilakukan oleh tiga juri, yaitu Triyanto Triwikromo (ketua), Tarsisius Wintoro (anggota), dan Klaudius Nano (anggota). Dari hasil penjurian, terpilih tiga terbaik lomba video, antara lain terbaik satu dengan nama akun @oxiyondi, terbaik kedua @yantihartono79, dan terbaik tiga @moysstory. Kemudian tiga terbaik lomba foto, antara lain terbaik satu atas nama @andyromadhoni, terbaik kedua @mr.heriyanto07, dan terbaik tiga @mufidvisual.
Sementara itu kreator SFF 2022, Ayip Rosyid menyatakan dengan adanya Semarang Flowers Festival nantinya ada pariwisata baru di Kota Semarang, sehingga banyak warga yang datang ke Kota Semarang untuk menyaksikan salah satu karnaval bunga yang ada di Kota Lunpia ini.
“Saya berharap ke depan acara ini bisa rutin dilakukan dan bisa jauh lebih baik dari tahun ini. Selain itu dari sisi perekonomian, Kota Semarang semakin tumbuh dan tentunya para pedagang bunga yang ada di kota ni semakin berkembang. Terakhir, Kota Semarang makin dikenal, baik di tingkat nasional maupun internasional,” tutup Ayip. (Sasy)