20 April 2024
Home / Education / Sekolah Kartun Gold Pencil Semarang, Meregenerasi Kartunis via Nyantrik

Sekolah Kartun Gold Pencil Semarang, Meregenerasi Kartunis via Nyantrik

Nyantrik menjadi salah satu program terbaru yang masuk dalam daftar empat studi utama yang dipersiapkan oleh sekolah kartun Gold Pencil Semarang. Lembaga yang berfokus pada pengembangan dan kajian kartun ini merupakan salah satu sekolah seni kartun berbasis pendek di Kota Semarang. Meski baru berdiri pada 2017, sekolah ini sudah dikenal dunia. Sebagai bukti, banyak anak didik Gold Pencil sukses mengukir prestasi di kontes-kontes kartun internasional.

Jitet Kustana, kartunis senior yang sudah melanglang buana dan mengantongi sekitar 180 penghargaan kartun tingkat dunia, adalah tokoh penggagas sekolah kartun Gold Pencil. Bersama rekan sejawatnya, Suratno dan kartunis muda Abdul Arif, mereka menjadi dalang dibalik keberhasilan sekolah kartun Gold Pencil.

Pada mulanya, Jitet dan rekan-rekan mendirikan sekolah kartun ini atas dasar kegelisahan akan pentingnya regenerasi.

Sebab, tanpa adanya regenerasi maka siapa yang akan meneruskan kiprah para kartunis senior ini jika mereka sudah tidak ada?

“Gold Pencil lahir dari kegelisahan bagaimana kalau kita sudah tidak ada, lalu siapa yang akan meneruskan? Kalau tidak ada penerusnya, berarti kiprah kartunis berhenti alias tutup bin kukut. Nah, kita yang sudah punya jalan ini, menunjukkan kepada anak-anak muda agar mereka juga punya jalan,” beber kartunis terbaik 2018 versi Cartoon Home Network International yang berbasis di Norwegia itu, saat dijumpai tim Padmanews di rumahnya yang juga camp Gold Pencil di Jl Candi Penataran Utara No 12, Kalipancur, Ngaliyan, Semarang.

Menurut Jitet, sebagai kota yang mendapatkan julukan Ibu Kota Kartun Indonesia, kaderisasi kartunis di Kota Semarang memang dirasa masih kurang dan belum mendapatkan tempat serta perhatian maksimal dari berbagai pihak.

Padahal, profesi kartunis semakin melebar. Tak sebatas menggambar. Menulis untuk sebuah aplikasi butuh ilustrator, dan ini wilayah bagus untuk para kartunis muda. Jadi, sudah selayaknya kartunis-kartunis muda mengambil peran, memperdalam ilmu dan keahlian, selanjutnya mengembangkan diri. Dari sini, regenerasi kartunis sudah saatnya dimulai secara jelas.

Karena itu, Gold Pencil dirancang untuk menjawab semua tantangan itu.

Gold Pencil menunjukkan jalan kepada anak-anak muda di bidang seni kartun, dari dasar hingga mereka bisa menentukan pilihan sendiri, berkembang, dan berhasil mencapai keinginan.

“Kami mendorong dan menunjukkan jalan kepada mereka melalui sekolah kartun ini. Kalau bukan kita yang membimbing dan mengarahkan, siapa lagi? Mereka tidak bisa berkembang sendiri tanpa didukung oleh sarana dan prasarana yang baik. Karena itu, anak-anak diarahkan supaya bisa menentukan ‘tujuan kamu ke mana, kemauanmu bagaimana, apakah kamu akan berdiam diri saja atau bergerak menentukan sikap dan melakukan sesuatu demi masa depanmu’. Itu menjadi kuncinya. Karena kalau hanya memiliki ilmu tetapi tidak mau bertindak untuk melakukan sesuatu, ya tidak akan mendapatkan apa pun. Jadi, di sini memang pada akhirnya semua pilihan dikembalikan kepada mereka,” ungkapnya.

Abdul Arif, yang didapuk sebagai ketua Gold Pencil mengamini apa yang disampaikan oleh Jitet.

Menurut Arif, begitu sapaan akrab Abdul Arif, selama setahun kegiatan Gold Pencil berjalan secara komunitas. Hingga pada 21 April 2018, Gold Pencil resmi berbadan hukum dengan nama Yayasan Pensil Emas Indonesia dengan SK Menkum HAM Nomor AHU-0006036.AH.01.04.Tahun 2018. Sejak itu, Jitet, Arif,  dan beberapa kartunis di Semarang semakin mantap dalam meningkatkan program pengembangan kartun dan mengemasnya di sekolah kartun Gold Pencil.

Saat ini ada sejumlah pengembangan pembelajaran yang sudah dipersiapkan sekolah Gold Pencil ke depan. Salah satunya adalah program nyantrik yang masuk dalam salah satu dari empat program utama kurikulum pendidikan. Empat program utama tersebut, yaitu Kelas Kartun, Festival Kartun, Penerbitan, dan Koperasi.

Di Kelas Kartun, program nyantrik akan dimulai. Program ini sudah disepakati bersama berdasarkan hasil rapat tahunan. Kelas Kartun sendiri merupakan ruang berbagi pengalaman kreatif menggambar kartun. Program didesain dalam bentuk workshop, kursus singkat, dan kemah kreatif  yang melibatkan mentor kartunis Gold Pencil berpengalaman dan memiliki reputasi internasional.

Menurut kartunis muda yang sudah mengikuti berbagai kompetisi dunia di Turki, Ukraina, Itali, Portugal, China, dan Korea itu, program nyantrik rencananya dimulai setelah Lebaran 2021, dengan melihat agenda dari pemerintah karena terkait dengan pandemi.

Lalu, mengapa memilih kata nyantrik sebagai nama program?

Nyantrik diambil dari segi kulturalnya yang bagus. Dalam bahasa Jawa, nyantrik artinya meguru atau bahasa halusnya nyantri atau berguru mencari ilmu. Program ini nantinya dibatasi, dibuat dalam kelompok-kelompok.

Jitet Koestana

“Kami menargetkan sehabis Lebaran nanti sudah mulai pendaftaran. Secara teknis yang kita rancang adalah pembukaan pendaftaran, seleksi melalui portofolio –itu yang utama, dan kelengkapan administrasi. Mereka yang lolos seleksi akan dijadikan dalam beberapa kelompok. Misal ada empat kelompok masing-masing lima orang. Selanjutnya mereka nyantrik. Harapan kami, teman-teman yang nyantrik ini kan sudah pilihan, sudah diseleksi dari portofolionya, sehingga minimal kami tinggal memolesnya sedikit,” kata  peraih Honorable Mention Award Izmir Municipality Cartoon Contest 2021 di Turki dan Appreciation Awards of the 3rd International Cartoon Competition BEAVERS LAUGH 2019 di Ukraina.

Nyantrik dijadwalkan selama dua bulan. Diadakan seminggu sekali setiap akhir pekan, dan dimulai pada saat jam efektif, yaitu pagi-siang. Program ini bekerja sama dengan Faber Castle Semarang yang akan memfasilitasi peralatan untuk menggambar.

Adapun pembelajaran dalam program nyantrik dibuat sistem rolling dan model kelas berupa anak-anak menyambangi rumah kartunis. Jadi semisal tema atau materi menggambar wajah atau karakter, maka anak-anak akan datang ke rumah kartunis yang memberikan mentor tersebut. Masing-masing kelompok ini nantinya saling bergantian mendatangi para mentor sesuai dengan tema yang sudah dijadwakan. Tujuannya, supaya kulturasinya dapat, silaturahimnya dapat, jadi nyantrik dan lain-lainnya juga dapat semua.

Meski demikian, jika di tengah perjalanan ada kendala semisal rumah mentor terlalu jauh maka bisa disepakati tidak mendatangi. Sekolah pun sudah menyiapkan tempat sebagai basecamp.

Untuk durasi pembelajaran maksimal 1,5 jam saja, sedangkan yang lama adalah interaksinya, banyak mengobrol, dan saling berbagi. Karena di sinilah justru pembelajaran sebenarnya. Selain secara tatap muka, kelas nyantrik ini juga direncanakan ada online-nya yang bisa diikuti oleh siapa pun tak terbatas jumlah. Sementara kelas tatap muka diikuti oleh mereka yang hanya lolos seleksi.

Mentor-mentor di kelas nyantrik ini, antara lain Jitet Kustana, Suratno, Danny Yustiniadi, Djoko Susilo, Kustiono, dan Abdul Arif sendiri di bagian lapangan. 

Sementara output untuk mereka yang sudah nyantrik adalah mengadakan project pameran bersama dan jika ada kontes akan diikutkan bareng.

Dari segi pembiayaan, posisi Gold Pencil masih berbentuk nirlaba, sehingga mencari sponsor yang memiliki visi-misi sama untuk men-support kegiatan tersebut. Saat ini, sekolah kartun Gold Pencil sudah menggandeng perusahaan Faber Castle sebagai sponsor kegiatan. Diharapkan, akan ada lagi sponsor-sponsor lain yang turut memberikan dukungan.

Program  Ekskul

Pada mulanya sekolah kartun Gold Pencil belum ada kelas, masih berupa kegiatan ekstrakurikuler kartun di sekolah menengah pertama (SMP).

“Setelah itu, kami membikin kelas pendek yang intensif selama lima bulan. Kali pertama diluncurkan, ada enam siswa yang mengikuti,” kata Arif. Mereka adalah Edo Julius A (SMP 17 Semarang), Kamilah Nariswari Pasaribu (SMP Islam Hidayatullah Semarang), Ardhika Putra (SMK Negeri 4 Semarang), Arnawa Ugra Wicaksana (SMA Negeri 11 Semarang), Helen Purnama Lee (SMA Sedes Sapientiae), dan Noor Aisha Laksmi Avatari (SMP PL Domenico Savio).

Siswa belajar seni kartun selama lima bulan. Mereka belajar tentang beberapa aspek, seperti pembuatan karakter, teknik menggambar, teknik pewarnaan, dan pengembangan ide.

“Namun, kami melihat sistem kelas itu waktunya banyak dan terfokus di situ. Kelas terkesan kaku, karena itu dikemas lagi agar lebih asyik menjadi Semarang Cartoon Camp (SCC), yang bisa diikuti oleh umum,” kata Arif. SCC perdana diadakan pada 2018 dan kedua pada 2019 di Pawening Jati, Wonolopo, Mijen, Semarang. Ternyata antusiasmenya banyak sekali. SCC pertama ada 45 peserta dan SCC kedua 40 peserta, dari siswa SMP, SMA, mahasiswa, dan ada yang sudah punya profesi. SCC yang diadakan dua hari satu malam tersebut diisi dengan workshop dan malam harinya motivasi dari mentor. Mereka bercerita apa saja, saling curhat-curhatan dan lain-lain.

Selanjutnya di hari kedua, diisi menggambar bareng. Workshop di hari pertama diaplikasikan dengan menggambar bersama. Ternyata hasilnya bagus-bagus, sehingga diikutkan pameran dan lomba.

Banyak anak didik sekolah kartun Gold Pencil mengikuti kontes kartun, baik nasional maupun internasional. Mereka berhasil mengukir prestasi di kancah dunia lewat menggambar. Para anak didik tersebut, antara lain Hannani Trishima Anjani (18). Melalui Gold Pencil, siswi kelas 12 SMA Negeri 4 Semarang ini menjuarai Bronze Prize in theun, 2017 International Cartoon Competition on Environmental Protection (China), Mezinarodni Festival Kresleneho Humoru (15 July 2017), MIKS 4th International Cartoon Exhibition 2018 (Croatia), dan Gafsa International Forum (16 November 2017).

Kemudian ada Rahma Sekar Aprillia (18), siswi kelas 12 SMK N 7 Semarang. Ia berhasil meraih Bronze Prize (Student Section) 2017 Shanghai “better internet, better City” International Humor Cartoon Exibition, Juara Harapan 3 lomba kartun pelajar 2019 DP Mall oleh DEKASE, Juara 1 lomba kartun bertema bebas oleh “Ayo Semarang” Tahun 2020 Tingkat Nasional dengan hadiah Rp 500.000,

dan Ayo Nabung di Bank Kategori Favorite tahun 2020 oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Tingkat Jawa Tengah, dengan hadiah voucher belanja Rp 1.000.000.

Lalu, Edo Julius Aditya (17), siswa

SMKN 4 semarang yang meraih prestasi The 16th free Cartoons Web (bronze prize) tahun 2018, dan Arnawa Ugra Wicaksana (17), siswa SMA 11 Semarang, meraih SICACO 2019 Korean Student’s Prize dan Special Prize.

Adakan Pameran Internasional

Selain membuka kelas kartun, Gold Pencil juga aktif dalam penyelenggaraan pameran dan kontes kartun internasional. Kegiatan tersebut sebagai upaya merawat semangat anak-anak yang sudah mengikuti pendidikan kelas kartun di Gold Pencil. Hingga saat ini, Gold Pencil telah mengadakan sejumlah acara internasional, seperti International Tobacco Cartoon Exhibition 2017, World Book Day Cartoon Exhibition 2018, dan PAPB International Cartoon Festival 2019.

Meskipun sudah ada beberapa acara yang dilakukan, Gold Pencil belum memiliki acara nasional dan internasional yang diadakan secara rutin. Rencananya, pada program Festival Kartun, Gold Pencil akan membidik stakeholder yang siap dan bersedia untuk membantu membuat agenda tahunan di Kota Semarang, yaitu Biennale SemarFest, yang digagas oleh Jitet Kustana dan sekolah kartun Gold Pencil.(Sasy)