
Dengan atau tanpa pandemi corona, Kota Lama Semarang tetap indah. Namun tentu saja suasana dan jumlah pengunjung di kawasan tersebut tidak sama lagi seperti beberapa waktu lalu sebelum Covid-19 merebak.
Sebelumnya kawasan tersebut ramai dikunjungi, baik untuk wisata kuliner, menikmati arsitektur peninggalan Belanda, maupun untuk berswa foto (selfie). Keindahan kawasan ini tentu tak lepas dari upaya terus menerus Pemkot Semarang untuk menata Kota Lama.
Bangunan-bangunan yang semula terkesan mangkrak dan kumuh satu per satu mulai dibangun dan dibenahi. Wajah kota lama pun menjadi semakin indah dan tertata.
Adalah Badan Pengelola Kawasan Kota Lama Semarang (BPK2L) merevitalisasi kawasan tersebut. Lembaga itu mengajak para pemilik bangunan cagar budaya agar mau merawat dan memperbaiki gedung yang dimiliki.
Gedung PT Telkom di Jalan Letjen Suprapto telah dipugar menjadi lebih indah. Bangunan tersebut menjadi Gedung Galeri UKM, yang kemudian dimanfaatkan untuk studi banding bagi beberapa kota dan kabupaten lain. Gedung ini juga dilengkapi street furniture, lampu – lampu jalan, dan bola – bola jeruk, serta Keris Cafe yang menjadikannya cukup mengundang warga untuk berswa foto di lokasi baru itu.

Sebelum gedung Telkom, sejumlah bangunan lain juga diperindah dan difungsikan. Di antaranya adalah gedung Bank Mandiri yang terletak di seberang Jembatan Berok.
Arsitektur bangunan yang dibangun 2 Agustus 1908 ini tetap dijaga keutuhannya, namun di bagian dalam dibangun juga perkantoran yang modern. Lantai dua gedung yang peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Gerda van Straaten itu juga tetap dipertahankan seperti ketika jaman Belanda dulu.
Phapros juga merevitalisasi gedung di Jalan Sendowo sehingga nampak indah. Kemudian Spiegel Bar & Bistro juga difungsikan berbarengan dengan ruang kantor yang disewakan di Impala Space. Di dekatnya ada Semarang Contemporary Art Gallery. Di seberang gedung Telkom juga ada gedung Old City 3D Trick Art.
Gereja Blenduk

Bicara kawasan Kota Lama tentu tak bisa kita mengabaikan keberadaan Gereja Blenduk yang menjadi tetenger atau pusat kawasan kota lama, dan tentu saja menjadi ikon untuk berfoto selfie maupun pre-wedding.
Bangunan berusia lebih dari 200 tahun ini terletak di Jalan Letjen Suprapto no.32. Dinamai Gereja Blenduk karena di bagian atas terdapat 2 menara dan sebuah kubah besar. Kubah dalam bahasa Jawa berarti blenduk. Bangunan ini mulai berdiri pada tahun 1753, digunakan untuk gereja Nederlandsche Indische Kerk.
Kemudian ada Taman Srigunting yang terletak di sebelah timur Gereja Blenduk yang juga merupakan area jujukan wisatawan. Kawasan taman kota ini terasa adem karena dinaungi oleh banyak pohon besar. Jika malam menjelang, lampu warna warni menyoroti pohon – pohon besar sehingga menambah keindahan suasana taman.
Fotografer Oxi Yondi Luci yang beberapa waktu lalu mengambil gambar kawasan Kota Lama berhasil merekam keindahan suasana dan bangunan-bangunan kunonya. Hanya saja dia melihat bahwa keramaian kunjungan ke kawasan tersebut tidak seramai sebelum Covid-19.

Aktivitas usaha pun banyak yang terimbas pandemi. “Banyak coffee shop tutup, Spiegel juga tutup,” tuturnya. Sewaktu memotret sore hingga petang itu suasana kawasan benar-benar sepi. Tidak banyak rombongan selfie seperti dulu. Namun demikian Oxi tetap merekam suasana bangunan di Kota Lama dengan kameranya. Hasilnya: Kota Lama Semarang tetap indah di tengah pandemi Covid-19. (bp)