Pernah nonton film Finding Nemo? Film animasi yang disutradarai Andrew Stanton produksi Pixar Animation Studios, Walt Disney Pictures, Disney Enterprises (2003) itu menceritakan ikan bernama Nemo yang tersesat dan dicari oleh ayahnya. Nemo sebenarnya ikan Giru (ikan Badut). Ikan dari anak suku Amphiprioninae dalam suku Pomacentridae.
Nah, jika kita berwisata di Kepulauan Karimunjawa, Anda bisa hunting ikan Nemo. Di sana Anda juga bisa menemukan bangkai kapal selam Nazi Jerman yang hingga kini menjadi salah satu spot diving berskala internasional.
Karimunjawa adalah kepulauan di Laut Jawa yang masuk wilayah Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Ada 27 pulau besar kecil di sana. Dari jumlah itu, hanya 5 pulau yang berpenduduk, yaitu Pulau Nyamuk, Pulau Parang, Pulau Genting, Pulau Kemujan, dan Pulau Karimunjawa.
Dari 22 pulau tak berpenghuni, sebanyak 21 pulau merupakan milik pribadi. Sisanya, satu pulau, yaitu Pulau Gundul dimanfaatkan Tentara Nasional Indonesia (TNI) untuk latihan menembak.
Dengan luas daratan ±1.500 hektare dan perairan ±110.000 hektare, Karimunjawa kini dikembangkan menjadi pesona wisata Taman Laut yang mulai banyak digemari wisatawan lokal maupun mancanegara.
Menurut legenda lokal, Karimunjawa ditemukan oleh Sunan Nyamplungan. Kala itu, Sunan Muria memerintahkan Amir Hasan ke sebuah pulau yang terlihat kremun-kremun (kabur) dari puncak Gunung Muria untuk mengembangkan ilmu agamanya. Karena terlihat kremun-kremun, akhirnya pulaunya dinamai Karimunjawa.
Amir Hasan kelak dikenal sebagai Sunan Nyamplungan karena di sana dia menanam tanaman Nyamplung. Tanaman Nyamplung itu bermanfaat sebagai pemecah angin.
Setelah dua jam menempuh perjalanan darat dari Kota Lunpia Semarang, Tim PadmaNews menginjakkan kaki di Dermaga Pelabuhan Kartini, Jepara. Simon Aji Saputra, Direktur CV Mixpro, biro perjalanan wisata yang akan memandu kami.
”Dulu ada kapal carter atau pesawat terbang dua kali seminggu dari Bandara A Yani Semarang ke Bandara Dewandaru Karimunjawa. Susi Air adalah pesawat yang melayani rute Semarang-Karimunjawa PP, kemudian digantikan NAM Air. Sayang di era pandemi, jadwal penerbangan tidak pasti,” kata Simon.
Di era pandemi, menurut Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jepara Zamroni Lestiaza, AP MSi, seluruh wisatawan ke Karimunjawa hanya dari Pelabuhan Kartini. Kapal Pelni dari Pebuhan Tanjung Emas Semarang dan pesawat dari Bandara A Yani, off semua.
”Untuk moda transportasi tersebut hanya diizinkan mengangkut penumpang 50% dari kapasitas. Para turis disyaratkan rapid antigen/genose,” jelasnya.
Di Pelabuhan Kartini Jepara, ada Ferry KMP Siginjai dan KMC Express Bahari. Tiket KMP Siginjai Rp 94.500/orang dan anak-anak Rp 40.000. Jumlah maksimal penumpang KMP Siginjai 320 orang termasuk awak kapal. Dari Pelabuhan Kartini Jepara – Karimunjawa dengan KMP Siginjai butuh waktu sekitar 5 jam perjalanan.
Adapun KMC Express Bahari dengan tiket Rp 162.000/orang cukup 2 jam perjalanan. KMC Express Bahari berkapasitas 351 dan 400 penumpang. Namun naik KMC Express Bahari tidak boleh membawa barang terlalu banyak, sebatas koper, tas punggung, dan tambahan barang yang lain yang bisa dibawa tangan.
Baik Siginjai maupun Express Bahari sama-sama berangkat dari Pelabuhan Kartini maupun Karimunjawa hari Senin-Kamis dan Jumat-Minggu. Wisatawan bisa menitipkan mobilnya di tempat parkir Pelabuhan Kartini Jepara dengan harga Rp 50.000/hari.
Jika wisatawan ingin membawa mobil atau motor bisa memilih KMP Siginjai. Namun jika melihat kondisi ruas-ruas jalan di Karimun yang sempit sempit, membawa mobil ke pulau itu sangat tidak direkomendasikan. Kalau motor, apalagi trail, sangat recommended.
”Di Karimun ada tour guide dari Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI). Mereka adalah orang lokal, karena yang menguasai medan,” kata Simon.
Dia menambahkan, kebanyakan biro perjalanan mematok harga yang sangat wajar kepada setiap wisatawan selama tiga hari dua malam wisata di Karimunjawa. Mulai dari Rp 850.000 hingga Rp 2 jutaan/paket/orang.
”Sangat murah kan untuk mendapatkan sebuah sensasi trip adventure yang tak terlupakan asyiknya,” kata Simon lagi.
Ada paket yang menengah hingga premium jika wisatawan tidak ingin menginap di homestay namun di hotel atau resort. Tarif hotel di Karimunjawa sangat variatif. Mulai Rp400.000 – Rp2 juta/hari. Untuk kaum backpaker biasanya memilih homestay karena tarifnya Rp150.000/hari (non AC, kamar mandi luar) dan Rp200.000/hari (AC dan kamar mandi dalam).
Homestay berada di perkampungan penduduk, adapun hotel kebanyakan di wilayah pegunungan. Sedangkan resort biasanya menjorok ke pantai. Intinya soal penginapan tak perlu khawatir sebab di Karimunjawa sudah banyak hotel, resort, dan homestay.
Sebut saja Arriani Homestay, Breve Azurine Lagoon Resort, Ayu Hotel Karimunjawa, Karimun Lumbung, The Happinezz Hills Hotel, Mirable Joglo Vilage, Royal Ocean View Beach Resort, Alam Kita, CasaVelion, Cocohuts Hotel, Deepsky Villa, Karimunjannah House, Sunrise Sea Hill View, Spot On 2629 Duta Karimun, Oyo 2430 Lisshaffa Homestay, Bunga Jabe, Karimun Lumbung, dan masih banyak lagi.
Hari Pertama
Dua jam perjalanan laut, tepatnya pukul 10.00, penumpang KMC Express Bahari termasuk Tim PadmaNews menginjakkan kaki di dermaga Pelabuhan Karimunjawa.
Setelah welcome drink, Simon, Direktur CV Mixpro, langsung mengajak kami siap-siap Susur Pulau atau Susur Pantai, atau island hopping di hari pertama. Dia sudah menyewa kapal nelayan berkapasitas 12 penumpang plus jurumudi, dengan harga Rp600.000/trip susur pulau. ”Ini trip hari pertama, dari pulau induk, yakni Pulau Karimunjawa, kita ke pulau-pulau kecil,” kata Simon.
Di dalam perahu ternyata sudah tersedia peralatan snorkeling, nasi untuk bekal makan siang di pulau-pulau yang akan disusuri, minuman es kelapa muda siap saji, serta beragam jenis ikan mentah yang banyak ditemukan di kepulauan Karimunjawa.
Nakhoda dan pemandu wisata mengarahkan ke Pulau Cilik untuk berenang dan snorkeling, foto underwater. Kemudian eksplore Pulau Gosong Barat untuk hunting ikan Nemo. Di sana ikan Nemo lucu-lucu sekali, maka bercengkerama dengan mereka sungguh mengasyikkan.
Sebenarnya Pulau Gosong itu hanya berupa gundukan pasir, tidak ada tanaman sama sekali. Jika air laut sedang rob, pulau itu bahkan tidak kelihatan. Nah, syuting iklan Djarum yang sering kita lihat di layar televisi itu juga dilakukan di Pulau Gosong.
Di Pulau Cilik, makan siang benar-benar di pantai. Lauknya ikan yang dibakar.
Oiya, Pulau Gosong sebenarnya ada tiga buah. Pulau Gosong Timur, Pulau Gosong Barat, dan Pulau Gosong Jugantungan. Ceritanya, ada kapal selam milik Nazi Jerman yang dikenal Unterseeboot atau U-Boat yang terjebak karang di sekitar Pulau Gosong.
Kapal selam ini menjadi momok bagi kapal-kapal sekutu di Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Kapal selam berawak 48 orang itu diberitakan tenggelam ketika berpatroli di Karimunjawa. Sebanyak 23 kelasi tewas, 17 di antaranya ditemukan sudah menjadi kerangka.
Ada awak kapal tentara Jepang yang selamat. Kemudian oleh warga setempat digantung. Maka salah satu Pulau Gosong itu bernama Pulau Jugantungan. Tempat menggantung tentara Jepang yang naik kapal selam Nazi jenis U-Boat type U-511 buatan tahun 1938. Kapal selam itu diduga hadiah Jerman kepada Jepang, karena dalam PD I dan PD II Jerman bersekutu dengan Jepang.
Sebelum ke penginapan, kapal ke Pulau Menjangan Kecil untuk eksplore pantai sembari menunggu sunset.
Hari Kedua
Hari kedua di Karimunjawa juga tak kalah seru. Setelah sholat Subuh kami langsung tancap gas dengan motor sewaan menuju pantai eksplore sunrise.
Pukul 06.00 kami kembali ke penginapan dan langsung otewe susur pulau hari kedua ke Pulau Gleyang (snorkeling dan berenang). Di pulau itu kami bakar-bakaran, maksudnya bakar ikan untuk lauk makan siang. Dilanjut ke Pulau Gosong Barat, Pulau Cemara Besar dan menjelang sore kami menuju Pantai Ujung Gelam eksplore sunset.
Nah, di hari ketiga kami diajak Simon dan anak buahnya ke Pantai Boby untuk memburu sunrise. Dilanjutkan ke Bukit Love, Bukit Jaka Tua kembali ke penginapan untuk persiapan pulang ke Semarang via Pelabuhan Kartini Jepara.
Penangkaran Hiu
Oh ya ada yang sedikit terlupakan. Kami sempat ke salah satu pulau favorit, yakni Pulau Menjangan Besar sekitar 10 menit perjalanan perahu dari pulau induk. Di sana ada penangkaran hiu. Kami diperbolehkan berenang di kolam yang banyak ikan hiunya. Namun karena masih kecil-kecil, mereka hanya bisa membuat kita geli saat mulut ikan-ikan hiu kecil mematoki kaki kami.
Di Pulau Menjangan Kecil ada sebuah spot asik untuk snorkeling dan berswafoto di ayunan layaknya di Gili Trawangan Lombok.
Adapun Pulau Cemara Besar, sebuah pulau yang memiliki bentangan pasir nan putih. Cukup luas juga areanya ketika air laut surut.
Di Pulau Cilik, juga ada spot snorkeling yang cukup bagus. Wisatawan bisa foto bersama beragam jenis ikan hias nan lucu dan menawan.
Menurut Indra, warga Desa Sapuran, Karimunjawa, tempat favorit untuk sarapan dan makan siang ya di Pulau Cemara Kecil dan Pulau Tengah. “Itu tempat favorit para wisatawan. Saya selalu menyarankan teman-teman untuk menggunakan sunblock jika trip ke Karimunjawa. Agar kulit tidak terbakar. Di samping bawa kacamata hitam,” kata Indra.
Indra yang biasa menyewakan perahu untuk wisatawan menambahkan, trip di Karimunjawa sebenarnya sangat murah. Sebab, keindahan dan sensasinya kayak di Bali, Gili Trawangan, dan objek wisata pantai di Indonesia bagian timur.
“Sewa kapal berkapasitas 12 penumpang itu hanya Rp600 ribu untuk kegiatan susur pulau. Itu sudah termasuk peralatan snorkeling dan makan siang. Mau muter-muter di darat, sewa motor hanya Rp75.000/hari.”
Jika malam hari, wisatawan disarankan untuk tidak tidur gasik. Sebab, hampir seluruh wisatawan manca maupun lokal, kumpul di makan malam, ngopi, ngebir sampai malam di Alun-alun Karimunjawa.
Rupanya Alun-alun Karimunjawa ini adalah pusat keramaian atau semacam pasar malam. Banyak bule yang makan malam kemudian dilanjutkan ngobrol, minum kopi atau ngebir (minum bir) di sana. Menu favorit pelancong pada malam pertama di Karimunjawa adalah ikan bakar, ikan dimasak pindang srani.
Namun biasanya para wisatawan di malam kedua sudah bosan makan lauk ikan terus menerus. Di malam kedua biasanya sudah minta mi jowo atau nasi goreng. Penjual nasi goreng atau mi ayam adalah orang-orang asal Semarang. Makan malam di warung-warung yang ada di Alun-alun Karimunjawa tidaklah mahal. Di kisaran Rp20.000-Rp30.000/porsi. (ali)