Sebuah miniatur (model) pesawat terbang meliuk-liuk, bermanuver di atas udara setinggi sekitar 20 meter di Lapangan Marina Bay Semarang, Sabtu (26/1/2019). Meski pagi itu, cuaca cukup cerah namun angin yang cukup kencang, bagi para penghobi aeromodelling ini dirasa kurang bersahabat. Namun, itu tak menyurutkan para pecinta olahraga aeromodelling ini untuk menerbangkan pesawatnya.
”Dalam kondisi angin seperti ini memang agak sulit untuk mengontrol dan mengendalikan pesawat, tapi ini justru menjadi tantangan agar bagaimana pesawat bisa bermanuver di udara dan kemudian diakhiri mendarat dengan tepat,” ungkap Ketua Persatuan Olahraga Dirgantara Aeromodeling (Pordirga) Semarang sekaligus Jateng David Gunawan saat ditemui dilokasi.
Bagi David yang sudah jatuh cinta dengan olahraga aeromodelling sejak 2005 ini, menyalurkan hobi menerbangkan miniatur pesawat ini bisa lebih dari sekadar menyenangkan hati atau melepas penat dari kesibukan sehari-hari. Selain membuat gembira, hobi juga bisa membuat refreshing jasmani dan rohani. ”Permainan aeromodeling adalah salah satu hobi yang bisa sekaligus mengasah intelijensia dan kesabaran karena perlu ketepatan, kecepatan mengambil keputusan dan yang penting pandangan mata tidak bisa lepas dari pesawat,” ungkap dia.
Tiga Kategori
Menghabiskan waktu akhir pekan dengan hobi aeromodelling, menurut David, bisa jadi aktivitas yang menyenangkan. Meski hobi yang satu ini terbilang bukan murah tetapi di Kota Semarang peminatnya cukup banyak. ”Saat ini ada sekitar 30 anggota perkumpulan penghobi aeromodelling, anggotanya mulai dari remaja hingga ada yang usianya terhitung lanjut. Justru bagi orang tua olahraga ini dapat mengasah otak kiri dan otak kanan untuk mengurangi kepikunan,” jelasnya.
Ia memaparkan aeromodelling ini terbagi dalam tiga kategori. Pertama adalah Free Flight/Glider atau model terbang bebas menggunakan prinsip aerodinamika tanpa menggunakan mesin. Glider ini diterbangkan dengan berbagai cara, ada yang dilempar seperti orang berolahraga lempar lembing. Kemudian ada dengan cara ditarik menggunakan tali supaya Glider dapat terbang tinggi.
Selanjutnya ada model Control Line (CL) yang dikendalikan dengan menggunakan kawat baja seperti tali. Model ini biasanya untuk adu cepat seperti balapan. Namun ada yang untuk Dog Fight atau tempur di udara untuk memutuskan ekor pesawat lawannya. Kemudian yang banyak diminati adalah model Radio Control (RC). RC model ada yang pesawat bersayap (Fixed Wing), Helikopter, dan Glider. ”Pada prinsipnya pengendalian model RC hampir sama dengan pesawat sungguhan. Ya, seperti belajar jadi pilot karena harus jeli melihat kondisi angin, mengontrol arah pesawat sampai dengan bagaimana mengatur agar landing dapat berjalan lancar,” paparnya.
Lalu, berapa yang harus dikeluarkan untuk bisa memiliki miniatur pesawat ini? Menurut David, seiring dengan banyaknya produk dari Tiongkok, harga miniatur pesawat ini makin terjangkau. Harga pesawat yang ada di pasaran mulai Rp 2 juta sampai 20 jutaan belum termasuk remote control. Bagi pemula juga tidak perlu khawatir karena sebelum menerbangkan pesawat dengan remote bisa belajar dengan simulator yang bisa dengan mudah didapat dari internet. David yang juga pemilik toko mainan pesawat, helikopter dan drone di Plasa Simpanglima Semarang ini menyatakan, selain miniatur pesawat, penghobi mesti membeli remote control secara terpisah. Saat ini harga remote control mulai Rp 800 ribu hingga jutaan rupiah. Remote control ini bisa menjalankan pesawat mencapai 2 kilometer.
Ia mengakui salah satu kendala aeromodelling ini adalah arena bermain. Di Semarang saja saat ini hanya ada satu di kawasan Marina ini. Di Lapangan Marina Bay, sudah ada landasan pacu yang terbuat dari paving.”Kami juga memiliki izin Air Nav Bandara A Yani karena lokasinya memang tak jauh dari bandara,” tandasnya.Kawasan tersebut sudah sejak beberapa tahun lalu menjadi arena bermain bagi para pehobi aeromodeling, baik itu pesawat maupun helikopter.
Di Semarang sendiri sebelumnya ada beberapa klub aeromodeling yakni Avia Aero Semarang, Pecinta Aeromodeling Semarang (PAS) dan kemudian Commander Aeromodeling. Kini ketiganya melebur menjadi satu tak ada lagi kotak-kotak atau sekat perbedaan klub.”Wadah kita ya satu, Persatuan Olahraga Dirgantara Aeromodeling,” jelasnya. Menurut David yang juga pengurus KONI Kota Semarang, sudah banyak prestasi yang dihasilkan oleh atlet-atlet aeromodeling asal kota Atlas ini. Antara lain meraih medali emas dan perak di PON XVIII Riau 2012. Pada PON XIX/2016 di Bandung, David Gunawan yang mewakili Jawa Tengah berhasil merebut medali emas di kelas F1H kategori putra. Di tingkat Jateng, atlet-atlet asal Semarang juga sudah tak terhitung lagi menyumbangkan medali emas bagi kota ini di ajang Porprov. Terakhir pada 2018, David Gunawan berhasil meraih juara pertama pada lomba aeromodeling tingkat dunia yang berlangsung di Australia. (Ari)
Pembuat Miniatur Pesawat
Belajar secara Otodidak
Di suatu siang Nuriman Ardiansah nampak sibuk menyelesaikan salah satu miniatur pesawat di workshop yang juga tempat tinggalnya di Jl Lempongsari Timur III No 20. Pria yang akrab disapa Ardi ini, merupakan salah satu pembuat pesawat miniatur untuk aeromodelling yang cukup dikenal di Kota Semarang.Sudah tak terhitung lagi berapa miniatur pesawat yang sudah ia buat.
Dalam satu bulan, ia bisa menyelesaikan 4 sampai 6 miniatur pesawat. ”Sebenarnya pesanan sih banyak, tapi agar maksimal saya batasi agar pengerjaan bisa fokus dan tepat waktu,” ungkap bapak satu anak kelahiran Semarang 20 November 1983 ini.Menariknya, Ardi belajar menjadi mekanik miniatur pesawat ini secara otodidak. Ia merupakan alumnus Fakultas Ekonomi Undip jurusan Manajemen. Namun, meski berlatar belakang manajemen kini menjadi mekanik pesawat aeromodelling justru pekerjaan utamanya.
Ia menceritakan, pada awal 2013 ia dimintai tolong oleh salah seorang temannya untuk membuat miniatur pesawat elektrik dengan bahan styrofoam. Ardi pun kemudian mencari tahu lewat internet. Namun, ia mengakui tidak bisa langsung jadi. Butuh berkali-kali mencoba dan akhirnya berhasil.”Awalnya ya gagal tapi setelah saya coba berulangkali dan dipelajari akhirnya bisa jadi pesawat dan bisa terbang,” ujarnya.
Sejak itulah, ia banyak menerima pesanan pembuatan pesawat aeromodelling baik yang elektrik maupun yang sudah menggunakan mesin berbahan bakar bensin. ”Untuk yang kecil dengan dana Rp 2,5 juta sudah dapat satu pesawat lengkap dengan remote control. Sedangkan untuk pesawat aeromodelling dengan bahan bakar bensin, harganya minimal Rp 5 juta sampai mencapai puluhan juta. Tergantung model dan bahannya,” ujarnya.Ia mengakui saat ini salah satu kendala adalah soal bahan baku bodi pesawat yakni kayu Balsa yang harus didatangkan dari Jawa Barat. Sementara untuk mesin dan suku cadang sekarang ini sudah banyak toko yang menjualnya. ”Yang jual online pun juga banyak dan harganya semakin terjangkau terutama yang impor dari China,” jelasnya.Selain menerima jasa pembuatan pesawat aeromodelling, Ardi juga dapat memperbaiki miniatur pesawat yang rusak baik untuk bodi maupun mesinnya. Biaya untuk reparasi di tempat ini juga cukup terjangkau yakni mulai Rp 50 ribu sampai Rp 300 ribu.”Selama ini semua bisa saya tangani, karena kerusakannya sebenarnya ringan, cuma karena pemiliknya mungkin tidak punya waktu untuk memperbaiki, maka diserahkan ke saya,” paparnya. (Ari) agar landing dapat berjalan lancar,” paparnya.
Lalu, berapa yang harus dikeluarkan untuk bisa memiliki miniatur pesawat ini? Menurut David, seiring dengan banyaknya produk dari Tiongkok, harga miniatur pesawat ini makin terjangkau. Harga pesawat yang ada di pasaran mulai Rp 2 juta sampai 20 jutaan belum termasuk remote control. Bagi pemula juga tidak perlu khawatir karena sebelum menerbangkan pesawat dengan remote bisa belajar dengan simulator yang bisa dengan mudah didapat dari internet. David yang juga pemilik toko mainan pesawat, helikopter dan drone di Plasa Simpanglima Semarang ini menyatakan, selain miniatur pesawat, penghobi mesti membeli remote control secara terpisah. Saat ini harga remote control mulai Rp 800 ribu hingga jutaan rupiah. Remote control ini bisa menjalankan pesawat mencapai 2 kilometer.
Ia mengakui salah satu kendala aeromodelling ini adalah arena bermain. Di Semarang saja saat ini hanya ada satu di kawasan Marina ini. Di Lapangan Marina Bay, sudah ada landasan pacu yang terbuat dari paving.”Kami juga memiliki izin Air Nav Bandara A Yani karena lokasinya memang tak jauh dari bandara,” tandasnya.Kawasan tersebut sudah sejak beberapa tahun lalu menjadi arena bermain bagi para pehobi aeromodeling, baik itu pesawat maupun helikopter.
Di Semarang sendiri sebelumnya ada beberapa klub aeromodeling yakni Avia Aero Semarang, Pecinta Aeromodeling Semarang (PAS) dan kemudian Commander Aeromodeling. Kini ketiganya melebur menjadi satu tak ada lagi kotak-kotak atau sekat perbedaan klub.”Wadah kita ya satu, Persatuan Olahraga Dirgantara Aeromodeling,” jelasnya. Menurut David yang juga pengurus KONI Kota Semarang, sudah banyak prestasi yang dihasilkan oleh atlet-atlet aeromodeling asal kota Atlas ini. Antara lain meraih medali emas dan perak di PON XVIII Riau 2012. Pada PON XIX/2016 di Bandung, David Gunawan yang mewakili Jawa Tengah berhasil merebut medali emas di kelas F1H kategori putra. Di tingkat Jateng, atlet-atlet asal Semarang juga sudah tak terhitung lagi menyumbangkan medali emas bagi kota ini di ajang Porprov. Terakhir pada 2018, David Gunawan berhasil meraih juara pertama pada lomba aeromodeling tingkat dunia yang berlangsung di Australia. (Ari)