Gudeg. Santapan berbahan dasar nangka muda ini sungguh populer. Variasinya juga bermacam macam, intinya ada gudeg kering dan gudeg basah. Ada yang cenderung manis, ada pula yang cenderung gurih.
Penggemarnya banyak. Pun penjualnya. Di Jogja ada banyak yang cukup terkenal, seperti Yu Djum Wijilan atau Gudeg Sagan. Di Semarang juga ada beberapa yang familiar, seperti Nglaras Rasa maupun Gudeg Abimanyu.
Kali ini izinkan saya menulis tentang salah satu warung gudeg yang lumayan legendaris dan ngehit. Ini adalah Gudeg Merak Mati yang mempunyai sejarah cukup panjang.
Adalah Bu Rubinem yang memulai usaha jualan gudeg ini sejak tahun 1969. Bu Rubinem menggunakan nama Gudeg Merak Mati, sesuai dengan daerah tempat tinggalnya Jalan Soekarno Hatta, Merak Mati, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, meskipun waktu itu ia jualan di Pasar Yaik, dekat Masjid Besar Kauman Semarang.
Seterusnya adalah kisah perjalanan usaha dan keterlibatan Bu Rubinem dengan sejumlah besar pelanggannya. Hubungan itu terbentuk dan terikat satu sama lain.
Sampai akhirnya tahun 2001, karena merasa semakin sepuh, Bu Rubinem tidak mampu kalau harus melaju dari rumahnya ke Pasar Yaik di Kota Semarang. Ia kemudian memboyong usahanya itu ke rumahnya.
Ia membuka warung, tetap dengan nama yang sama dan justru semakin pas dengan daerahnya, Gudeg Merak Mati. Pelanggan pun tetap terikat, dan sering berkunjung serta menikmati masakan Bu Rubinem ini. Kebanyakan memang dari Kota Semarang.
Mereka tidak hanya datang sendiri, namun dengan anak anak, bahkan cucu cucu mereka. Dan Gudeg Merak Mati semakin ngehit di kalangan keluarga pelanggannya.
Konsumen baru setelah pindah ke Merak Mati juga bertambah. Mereka bahkan rela menunggu sebelum warung buka jam 08.00 WIB. Saat tim liputan Padmanews menunggu warung buka, sejumlah mobil berdatangan. Mereka kemudian juga ikut menunggu dengan sabar.
Begitu warung dibuka, kursi kursi langsung dipenuhi para pelanggan. Mereka kemudian antre untuk dilayani dan juga memilih menu kesukaan mereka sebagai pendamping gudeg sebagai santapan utama.
Bacem Istimewa
Di meja layanan tersaji nangka gudeg, sayur krecek, telur, daun singkong, mentimun, sambal serta tak lupa areh (kuah santan) untuk menambah kelezatan gudegnya. Yang istimewa adalah masakan pendamping yang serba bacem, ada tempe bacem, ayam bacem, ampela ati bacem, iso (usus) bacem, serta koyor bacem.
Saya memilih gudeg telur dengan dilengkapi iso bacem. Dan kemudian saatnya menikmati santapan gudeg yang lezat dan menggugah selera ini.
Gudeg milik Bu Rubinem ini lebih cenderung ke gurih meskipun ada sedikit manis di nangka mudanya. Campuran gudeg, sayur krecek dengan telur sungguh terasa kelezatannya di lidah.
Oiya iso bacemnya juga benar benar istimewa. Bumbu bacemnya merasuk. Dan isonya juga sangat lembut, seakan lumer di mulut. Dengan iso ini si gudeg benar benar menjadi perpaduan kelezatan tiada tara. Jangan lupa juga kerupuk terungnya, biar makin lengkap ….
Sayang sekali kami tidak berkesempatan untuk bertemu dengan Bu Rubinem langsung. “Ibu sampun sepuh, lebih banyak istirahat sekarang”, tutur Mbak Wilia, anak kedelapan Bu Rubinem yang sekarang mengelola warung Gudeg Merak Mati.
Mbak Wilia menceritakan semua masakan tadi dibuat dengan masih secara tradisional, menggunakan kayu bakar. Biasanya sejak dini hari jam 02.00 mereka memasak hingga jam 05.00. Sementara jika masak sore dimulai jam 14.00 hingga jam 16.00.
“Kami jualan dengan porsi sudah pasti, dan karena kami tidak nyetok, biasanya sudah habis sekitar jam 13.00-an”, tambahnya. Jadi perlu dipastikan untuk datang sebelum jam jam habis itu, supaya bisa menikmati gudeg yang enak ini.
Mbak Wilia menuturkan, gudeg yang disajikan memang lebih cenderung ke gurih. Ini tentu saja sesuai dengan yang dijalankan dan disetiai oleh Bu Rubinem selama puluhan tahun. “Kami menggunakan kelapa murni dan tanpa campuran, sehingga gurihnya jadi lain. Demikian juga arehnya menjadi lebih lezat”.
Mengenai iso bacem yang saya rasakan kelembutan dan terasa bacemannya, Mbak Wilia mengungkapkan masak ISO itu selama dua hari. “Supaya lemak gajihnya hilang. Selain itu juga supaya lembut dan bumbunya merasuk”, ucapnya.
Di tengah obrolan kami, ada telepon masuk ke handphone Mbak Wilia. Rupanya telepon dari salah seorang pelanggan. Dia dan keluarganya sedang perjalanan dari Surabaya ke Semarang. Sehari sebelumnya mereka sudah mampir ke warung gudeg Merak Mati, namun kesiangan dan sudah tutup.
Jadi sebelum tutup dan kehabisan, mereka menelepon dulu dalam perjalanan mereka ke Semarang itu. Intinya mereka minta disisihkan dan disiapkan santapan beberapa porsi sebelum mereka sampai ke warung.
Jadi, bagi yang ingin tetap kebagian sebelum sampai ke warung, atau hendak pesan masakan untuk sebuah acara ada baiknya memang telepon dulu. Ini nomor telepon Gudeg Merak Mati (0298) 521155 atau 085712823600. (Bagas)