16 April 2024
Home / History / Djarum Trees for Life untuk Semua Mahluk di Bumi

Djarum Trees for Life untuk Semua Mahluk di Bumi

FX Supanji merenung. Vice President Director Djarum Foundation ini memikirkan dengan serius bahwa tagline program Djarum Foundation Bakti Lingkungan, yakni Trees for Life, benar-benar memiliki makna yang dalam.

“Setelah dipikir-pikir maknanya sungguh dalam, karena tagline Trees for Life tidak dimaksudkan hanya untuk manusia, tetapi juga seluruh mahluk hidup”, tuturnya di tengah-tengah perbincangan yang hangat dengan Tim Padmanews di kantor Djarum Oasis Kretek Factory, Kudus.

Supanji melanjutkan, kegiatan yang dilakukan Djarum Foundation Bakti Lingkungan, tak lain dan tak bukan adalah menciptakan lingkungan udara yang segar dan bersih dari polusi. Artinya kegiatan ini arahnya memperbaiki kehidupan manusia dan segala mahluk di atas bumi. Oleh karena itu sangat tepat kalau Djarum Foundation Bakti Lingkungan memakai deskripsi singkat “Djarum Trees for Life”.

Djarum Foundation Bakti Lingkungan, tuturnya,  diawali dengan penanaman pohon di jalan protokol di Kota Kudus, pada tahun 1979, yang gersang dengan dipotongnya pohon di tepi jalan demi untuk pelebaran jalan.

Oleh sesepuh Djarum Goei Ing Liat (alm) diusulkan kepada Bupati untuk boleh menanam pohon di sepanjang jalan protokol di Kota Kudus dengan dilindungi Perda Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kudus, pada saat itu.

Usaha ini terus berkembang dengan didukung pembibitan tanaman di Desa Kaliputu dan sekarang pembibitan dan penyemaian biji dilakukan di Desa Gondangmanis. Pusat Pembibitan Tanaman Djarum ini seluas 4 ha, memiliki 230 jenis tanaman.

Pohon Trembesi merupakan pohon yang dipilih untuk ditanam, yang pada awalnya ditanam di tepi jalan Raya Kudus – Semarang pada tahun 2010 dan kemudian penanaman diteruskan di sepanjang jalan Pantai Utara pulau Jawa sepanjang 1.350 Km, dari Merak hingga Banyuwangi.

Djarum Foundation bersama dengan para relawan mahasiswa yang menamakan diri
“Darling Squad”, dari tahun 2008 sampai 2021 telah menanam bibit Mangrove sebanyak
1.075.000 bibit di sepanjang Pantai Utara Pulau Jawa.

Kemudian di lingkar Pulau Madura 296 km, Joglosemar 266 km, Trans Jawa 186 km, Medan-Kualanamu  92 km, Padang Bandara 30 km, dengan total panjang 2.220 km. Jumlah bibit Trembesi tertanam: 101.015 pohon.

Dijelaskannya, menurut Prof Endes N Dahlan, pohon Trembesi mempunyai kemampuan tertinggi di antara pohon keras lainnya, dalam menyerap CO2 dari udara.

Dikatakan bahwa pohon Trembesi dengan tajuk merentang sepanjang 15 meter atau lebih, mampu menyerap 23 ton CO2 dalam setahun. Atas pertimbangan tersebut maka pohon Trembesi dipilih untuk meneduhkan jalan-jalan raya yang banyak dilalui oleh kendaraan yang mengeluarkan CO2.

Hutan Mangrove

Di samping kegiatan penanaman trembesi, Djarum Foundation bersama dengan para relawan mahasiswa yang menamakan diri “Darling Squad”, dari tahun 2008 sampai 2021 telah menanam bibit Mangrove sebanyak 1.075.000 bibit di sepanjang Pantai Utara Pulau Jawa.

Mangrove yang biasa hidup di pantai dangkal mempunyai akar yang kuat dan saling merajut akar dari satu tanaman dengan tanaman lainnya, sehingga merupakan jejaring akar yang kokoh dalam menahan hempasan ombak pantai.

Hutan mengrove sangat bermanfaat untuk menahan abrasi dengan menahan lumpur dan menangkap sedimen di pantai. Kecuali itu hutan mangrove menjadi tempat tinggal banyak jenis ikan dan udang, sehingga memberikan manfaat penghasilan kepada masyarakat nelayan. Mangrove biasanya dibudidayakan untuk beragam makanan dan juga untuk pewarna batik.

Disamping kegiatan tersebut di atas, Djarum Foundation Bakti Lingkungan juga melakukan penanaman pohon di daerah tangkapan air Danau Toba, dan Taman Wisata Alam Kawah Ijen, Banyuwangi.

Kemudian kepedulian terhadap candi-candi yang jumlahnya ribuan, dan untuk memenuhi kegiatan ini dibentuklah tim Candi Darling, yang melakukan penanaman pohon di sekitar candi, antara lain: Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Ratu boko, candi di dataran tinggi Dieng, Candi Songo, dan Benteng Pendem Van Den Bosch di Ngawi.

Pada tahun 2021 dilakukan penanaman pohon di area kritis, khususnya pohon buah-buahan di lokasi lereng Muria dan Patiayam untuk merehabilitasi lahan kritis dengan tujuan untuk menjadikan lahan dengan pepohonan yang lebat dengan mengutamakan penghasilan masyarakat petani.

Dalam kegiatan ini diutamakan komunikasi dengan masyarakat setempat yang umumnya petani, dengan cara tukar menukar pendapat sambil menggali keinginan petani dan mensosialisasikan rencana penghijauan di area kritis dan menghidupkan dan meningkatkan debit mata air yang masih ada. Dengan cara tersebut diyakini bahwa para petani akan merawat dengan baik pohon bantuan dari Djarum Foundation. Para petani wajib disadarkan betapa pentingnya menghidupkan setiap mata air yang ada.

Mangrove mempunyai akar yang kuat dan saling merajut sehingga merupakan jejaring
yang kokoh dalam menahan hempasan ombak pantai.

“Tentu saja dengan tetap memperhatikan keikutsertaan Aparat Pemerintahan Daerah sampai dengan Pemerintahan Desa, tokoh masyarakat dan tokoh agama”.

Pada awal kegiatan rehabilitasi lereng Muria dan Patiayam, Djarum Foundation Bakti Lingkungan bekerja sama dengan Yayasan Konservasi Alam Nusantara yang mulai dengan survey di lereng Muria. Hasil dari survey tersebut kecuali keadaan sosial, diperoleh data mengenai luasan lahan kritis yang perlu direhabilitasi.

Di samping itu tim survey dengan dibantu 35 buah kamera trap berhasil mengindentifikasi keberadaan Macan Tutul Jawa ( Panthera Pardus Melas ) di hutan Muria dengan populasi sejumlah 13 ekor.

Melihat kondisi macan tutul Jawa tersebut, bisa dipastikan di sana masih banyak tersedia makanan macan tutul ini, sehingga dirasa perlu melindungi keberadaan macan tutul dan terutama habitatnya.

Lingkup Layanan

Dijelaskan oleh Supanji, Djarum Foundation Bakti Lingkungan merupakan salah satu dari program Djarum Foundation Bakti pada Negeri.

Djarum Foundation Bakti pada Negeri memiliki lima program yang disebut:

            1.         Bakti Sosial

            2.         Bakti Olahraga

            3.         Bakti Lingkungan

            4.         Bakti Pendidikan

            5.         Bakti Budaya.

Bakti Olahraga, terutama olahraga Bulutangkis mulai digiatkan dalam tahun 1969, yang pada saat itu Robert Budi Hartono giat bermain bulutangkis bersama para karyawan setiap hari Rabu dan Sabtu sore sampai malam.

Olahraga ini dilakukan setelah para pekerja giling rokok tangan selesai bekerja, sebab lapangan bulutangkis yang ada saat itu masih memanfaatkan ruang kerja penggiling rokok tangan di jalan Bitingan Lama no. 53, Kudus.

Latihan Bulutangkis karyawan dirasa sebagai rutinitas meskipun memberikan hasil meningkatkan kesehatan para karyawan dan kualitas komunikasi antar karyawan dan pimpinan lebih baik. Oleh karena itu Bulutangkis makin diperhatikan dan dikelola dengan sungguh-sungguh dengan merekrut pelatih.

Supanji menceritakan, pada saat latihan campuran antara karyawan dan tetangga pabrik, Budi Hartono mencermati pemain yang masih berusia 13 tahun, yaitu Liem Swie King. Dengan bimbingan Budi Hartono secara langsung, ternyata Liem Swie King, yang memiliki potensi dan semangat tinggi, makin pesat perkembangannya.

Budi Hartono makin giat memberikan Latihan khusus dalam berlatih fisik dan teknik, sehingga membuahkan hasil Liem Swie King menjadi Juara Indonesia di usia 17 tahun, usia termuda untuk menjadi Juara Indonesia.

Bulutangkis yang dikelola Djarum makin pesat berkembang di tingkat Nasional dan bahkan Internasional, dengan prestasi memuaskan. Tahun 1984 merupakan puncak kejayaan Persatuan Bulutangkis Djarum dengan mengharumkan Indonesia di dunia dengan menyumbangkan tujuh pemain di antara delapan pemain Indonesia dan berhasil merebut Piala Thomas.

Mulai tahun1992, setelah cabang Bulutangkis masuk dalam Cabang Olahraga Olimpiade, sampai dengan tahun 2020 PB Djarum selalu menyumbangkan Medali Olimpiade, kecuali tahun 2012.

Bakti Pendidikan dimulai dalam tahun 1984. Pada waktu itu era komputer mulai merebak dan Djarum Foundation memandang perlu untuk mempercepat proses penguasaan komputer oleh masyarakat Kudus.

Untuk itu Djarum Foundation menyediakan satu kelas dengan perangkat komputer dan pembimbingnya. Mengundang guru-guru Sekolah Menengah Atas di Kudus dan para siswa untuk diberi bimbingan komputer secara bergiliran.

Pohon Trembesi memberi keteduhan di sepanjang jalan Pantai utara pulau Jawa, lingkar Pulau Madura, Joglosemar, Trans Jawa, Medan-Kualanamu dan Padang Bandara

Setelah penguasaan komputer dirasa cukup, perangkat komputer diserahkan kepada sekolah-sekolah. Saat ini kegiatan Bakti Pendidikan ini meluas dengan meningkatkan kualitas 17 Sekolah Kejuruan di Kudus.

Bakti Budaya dilakukan dengan  pertimbangan bahwa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang luar biasa banyak dan berkualitas. Oleh karena itu dibentuklah Bakti Budaya demi untuk melestarikan budaya seni tari, batik, teater dan masih banyak lagi.

Khusus untuk Bakti Lingkungan, Supanji menegaskan dirinya akan merasa senang jika program-program penghijauan itu berhasil. “Itu akan menjadi kepuasan tersendiri bagi diri saya”, tandasnya.

Pohon Trembesi mempunyai kemampuan tertinggi di antara pohon keras lainnya, dalam menyerap CO2 dari udara.

Apalagi jika program itu bisa dirasakan manfaatnya oleh banyak orang. Supanji menuturkan, ada kisah menarik dengan keberhasilan penanaman pohon Trembesi ini sebagai peneduh. Seorang sopir yang berasal dari Bandung mengirim kartu pos ke kantor pusat Djarum.

“Dia mengucapkan terima kasih dengan cara mengirimkan selembar kartupos, karena di tengah panas terik dia bisa berteduh di bawah pohon Trembesi yang rindang, yang ditanam oleh Djarum”, tutur Supanji. (BP)